PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
UNTUK ANAK-ANAK
MAKALAH
OLEH
KELOMPOK 1
1. NIA NI’MATUL C (2817133120)
2. NUR AWALIYATUL
IFADIYAH (2817133131)
3. PRENDI TRI TRISNO (2817133142)
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
TULUNGAGUNG
2015
TEHNIK PENGUMPULAN DATA
DALAM PENELITIAN
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen
Pembimbing
Tika Mardiyah, M.Pd. I
Oleh
Kelompok
1
1. Nia Ni’matul C (2817133120)
2. Nur Awaliyatul Ifadiyah (2817133131)
3.
Prendi Tri Trisno (2817133142)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan
ini penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembelajaran Bahasa
ArabUntuk Anak-anak ”. Sehingga dengan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kita
semua mengenai mata kuliah Bahasa Arab.
Sehubungan dengan terselesaikannya makalah ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Maftukhin, M. Pd selaku
rektor IAIN
Tulungagung.
2.
Ibu Tika
Mardiyah, M.Pd. I selaku dosen pembimbing.
3.
Semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Selain itu penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, serta tidak terlepas dari berbagai macam kendala, keterbatasan ilmu, dan
referensi. Oleh karena itu, penulis masih mengharapkan bimbingan dan saran dari
berbagai pihak sehingga makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah
tentang “Pembelajaran Bahsa Arab Untuk Anak-anak” ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Tulungagung, September
2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
KATA
PENGANTAR iii
DAFTAR
ISI iv
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 1
1.3
Tujuan 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Kesiapan anak-anak mempelajari bahasa arab (Asing)
2
2.2
Karakteristik siswa MI sebagai pelajar pemula 5
2.3 Karakturu guru bahasa arab di MI 8
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan 12
DAFTAR
RUJUKAN 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Setiap anak
manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa,
walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda . Adapun diantara perbedaan-
perbedaan tersebut yaitu tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan
dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri, minat serta ketekunannya.
Karena itu pengajaran bahasa asing, semisal bahasa Arab, harus dijalani sesuai
dengan tuntutan pembelajaran anak. Dan untuk dapat berbuat demikian, diperlukan
seorang guru yang benar-benar kompeten dalam pembelajaran bahasa Arab untuk
anak-anak.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1.2.1
Bagaimana
Kesiapan anak-anak mempelajari bahasa arab (Asing) ?
1.2.2
Bagaimana
Karakteristik siswa MI sebagai pelajar pemula ?
1.2.3
Bagaimana
Karakturu guru bahasa arab di MI ?
1.3
Tujuan
Dalam penulisan makalah ini
sebagaimana masalah yang telah penulis rumuskan, penulis memiliki beberapa
tujuan, yaitu :
1.3.1
Untuk
memaparkan Kesiapan anak-anak mempelajari bahasa arab (Asing) ?
1.3.2
Untuk
memaparkan Karakteristik siswa MI sebagai pelajar pemula?
1.3.3
Untuk
memaparkan Karakturu guru bahasa arab di MI ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1
Kesiapan
Anak-Anak Mempelajari Bahasa Arab (Asing)
Pembelajaran
bahasa Arab untuk anak- anak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai
bahasa asing. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang
diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari . Dan yang
dimaksud dengan anak- anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun
, yaitu sampai mereka mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu” . Masa
sekolah bahasa ibu adalah istilah yang diperkenalkan oleh Johan Amos Comenisus yang
membagi masa-masa perkembangan manusia berdasarkan tingkat sekolah yang
diduduki anak itu sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang
dipelajarinya di sekolah. Di antara berbagai faktor mempengaruhi kesiapan siswa
mempelajari bahasa asing adalah faktor usia . Terkait dengan faktor usia ini,
yang pasti disepakati oleh banyak pihak adalah tingkat kematangan berbahasa
anak yang diidentikkan dengan tingkat usia mempunyai pengaruh besar terhadap
penguasaan bahasa asing. Lalu apakah anak-anak dianggap telah siap untuk
mempelajari bahasa asing? Ada yang beranggapan mereka sudah siap bahkan semakin
muda usia semakin mudah anak belajar bahasa asing dibandingkan orang dewasa.
Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan
keberhasilan.[1]
Beberapa alasan
yang diajukan oleh orang- orang yang menolak pembelajaran bahasa asing untuk
anak-anak diantaranya dikatakan dalam bukunya doktor ali muhammad alqosimi
banyak ditemukan buku dan artikel yang tidak percaya tentang hal memasukkan
bahasa asing ke dalam materi pembelajaran bagi pemula, alasan ini berdasarkan
psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing,
pelajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, mempelajari bahasa asing dapat
menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan baik , dan dualisme bahasa
dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak. Dari segi kognitif,
orang dewasa cenderung lebih sempurna dalam menguasai kaidah ekplisit, yaitu
tatabahasa . Namun dari segi afektif, yaitu sikap dan sifat pribadi yang
mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung kurang dibandingkan
anak-anak.
Hal ini
dilaporkan oleh hasil penelitian Taylor pada tahun 1974 dan Schuman pada tahun 1975.
Mereka melaporkan bahwa anak-anak mempunyai kapasitas pribadi yang lebih besar
daripada orang dewasa . Anak-anak belum memiliki hambatan-hambatan psikologis
tentang identitas diri , misalnya rasa takut salah dalam menggunakan bahasa
kedua. Mereka tidak terhalangi dalam belajar bahasa kedua dengan sikap negative
terhadap penutur bahasa itu dan anak-anak pada umumnya mempunyai dorongan yang
kuat untuk belajar bahasa. Ini berarti bahwa anak-anak menghadapi tugas
belajarnya sebagi tugas yang ringan. Namun sebaliknya, seperti telah
dikemukakan, orang dewasa mempunyai beberapa keuntungan kognitif yang lebih
baik daripada anak-anak, terutama bila bahasa kedua dipelajari dalam situasi
kelas dengan banyak penekanan pada kaidah bahasa. Orang dewasa mempunyai
kapasitas ingatan yang lebih besar, cara berpikir yang lebih dewasa, sehingga
hal inipun menjadi pendorong belajar yang kuat . Terutama sekali bila tujuan
belajar berbahasa itu bersifat instrumental , yaitu bahasa sebagai alat.
Misalnya, belajar bahasa untuk tujuan perjalanan jauh ke luar negeri.[2]
Sedangkan doctor
Qousi, seorang spesialis psikologi pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran
bahasa asing pada usia dini itu lebih baik, dan bahasa asing itu tidak akan
berdampak negative bagi pengetahuannya tentang bahasa ibu mereka. Bandingkan dengan
alasan-alasan para pendukung pengajaran bahasa asing untuk anak-anak berikut
ini, yaitu :
a.
Semakin
hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat, karenanya harus
dipersiapkan sejak dini.
b.
Secara
sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk
komunikasi sehari- hari mereka, ada juga beberapa Negara yang memiliki lebih
dari satu bahasa resmi.
c.
Dari
sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak sejak dini
berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang mengglobal.
d.
Anak-anak
mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa.
e.
Berdasarkan
penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak manusia menunjukkan bahwa
pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga gampang untuk diperkenalkan
dengan beberapa bahasa.
f.
Perkembangan
bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/ instinctive ), tetapi harus
dibiasakan.
g.
Karena
bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa dengan
beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada ketika mereka sudah
dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan suatu bahasa tertentu
dan susah diubah atau diperbaiki.
h.
Pengalaman
beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman) dalam mengajarkan bahasa
asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan.[3]
Ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud dengan anak-anak dalam makalah
ini adalah mereka yang berada pada usia antara 6 sampai 12 tahun , secara
normal mereka adalah pelajar kelas 1 sampai kelas 6 Madrasah Ibtida’iyah/Sekolah
Dasar . Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk
belajar bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
otak anak masih elastis dan lentur , sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus.
Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Sebaliknya,
sebelum anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita harus mengambil sikap
menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya pengajaran bahasa Arab
atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada anak-anak dan dengan
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka. Para orang tua dan guru
dianjurkan agar tidak memaksakan anak- anak (murid) mereka yang masih dibawah
lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya. Karena, hal itu
dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan
tumbuh hanya dengan perintah . Sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada
anak-anaknya. Dalam usia balita , anak pun belum membutuhkan kemampuan
berbahasa asing. Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak
harus mempelajarinya.
Ditambah lagi bahwa dalam bahasa terkandung makna-makna moral yang
perlu diketahui oleh anak. Sehingga, ketika anak belajar bahasa ibu, ia
mengetahui nilai moral maupun budaya dibalik kata-kata yang diucapkannya.
Adapun bahasa asing memiliki pendekatan budaya yang berbeda dari bahasa ibu. Sehingga,
bahasa asing sebaiknya dikenalkan kepada anak sebatas sebeagai pengetahuan saja
. Bila anak-anak yang dipaksakan belajar bahasa asing, dikhawatirkan dapat
menganggu pertumbuhan kejiwaannya. Apalagi bila tidak ditanamkan nilai-nilai
dasar yang memadai. Bahasa itu simbol. Jadi sebelum si anak memahami betul
bahasa ibunya maka orangtua jangan memaksakan anak untuk belajar bahasa asing.[4]
1.2
Karakteristik
Siswa MI/SD Sebagai Pembelajar Pemula Bahasa Arab (Asing)
Pada umumnya karakteristik siswa MI/SD senang belajar sesuatu yang
baru , termasuk belajar bahasa dengan cara melakukan sesuatu (learning by
doing), misalnya dengan bermain, bernyanyi, dan menggerakkan anggota tubuh . Pada
umumnya anak-anak memiliki sikap egocentric, yaitu ada kecenderungan
mereka suka menghubungkan apa yang mereka pelajari dan apa yang mereka lakukan
dengan diri mereka sendiri. Mereka akan menyukai segala hal dalam pelajaran
bahasa yang ada hubungannya dengan kehidupan mereka dengan dunia sekelilingnya
. Misalnya, akan lebih mudah untuk mempelajari materi atau bahan yang menggunakan
kata atau frasa, seperti : اسمي ....... ....., عندي............., هذا
قلمي........
Dalam proses perkembangannya anak akan mengalami perubahan.
Perubahan fisik karena mereka tumbuh dan perubahan sifat dan perilakunya.
Menginjak usia 10 tahun (kelas 4) mereka mengalami proses perubahan yang
tadinya egocentric menuju kehubungan timbale balik, yaitu tidak hanya berpusat
pada dirinya, tetapi sudah memperhatikan orang lain yang tadinya berfokus pasa
dirinya (انا....., عندي.....) sekarang mulai terbuka untuk yang lain, misalnya sudah
memperhatikan) انت ( yaitu temannya.
Waktu memperkenalkan bahasa Arab kepada anak-anak, sebaiknya
diawali dengan hal-hal yang kongkret lebih dahulu. Kemudian menuju ke hal-hal
yang bersifat abstrak . Pada tingkat permulaan sebaiknya tidak hanya mengandalkan
kata-kata dan bahasa lisan saja, tetapi perlu dilengkapi dengan contoh nyata. Banyak
objek atau benda nyata dan gambar yang bisa digunakan. Benda-benda yang ada disekitar
anak-anak, misalnya kursi (كر سي (, pintu
(باب), Almari (خزانة), merupakan contoh benda kongkret yang dengan mudah dapat diperkenalkan
kepada siswa dalam bahasa Arab dan dapat digunakan untuk memperkenalkan secara
implisit struktur kalimat bahasa Arab.[5]
Ketika usia anak sudah bertambah, mereka sudah bisa membedakan antara
fakta dan fiksi dan mulai bisa mengerti hal-hal yang abstrak . Beberapa ahli
menyatakan bahwa anak adalah pembelajar aktif ( active learners ). Anak-anak
yang pada dasarnya aktif akan menyukai pembelajaran melalui
permainan-permainan, cerita maupun lagu. secara tidak langsung mereka akan
lebih termotivasi untuk belajar bahasa Arab.
Pada usia 10-12 tahun anak-anak sudah dapat bekerja sama dengan
temannya. Mereka dapat diberi kegiatan untuk dikerjakan bersama-sama. Walaupun
ada anak yang sudah dapat berkonsentrasi lebih lama, variasi kegiatan masih
diperlukan. Kerja kelompok dapat berupa membuat daftar, melengkapi kalimat,
mengisi teka- teki silang dan masih banyak yang lain.
Kehidupan anak-anak dipenuhi dengan warna . Kegiatan dan
tugas-tugas yang disertai gambar-gambar yang cukup besar dan berwarna- warni
dapat membuat mereka lebih gembira. Kegiatan mewarnai gambar tentu akan dikerjakan
dengan gembira sambil mengenal nama-nama dalam bahasa Arab dan benda yang ada
pada gambar tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya anak-anak suka bernyanyi
dan mendengarkan lagu . Kegiatan belajar bahasa dengan melalui lagu disukai
oleh hampir semua anak termasuk anak yang pemalu sekalipun . Ketika anak-anak
bernyanyi berarti mereka menggunakan bahasa Arab untuk menyampaikan suatu pesan
yang cukup bermakna. Games atau permainan, cerita dan teka-teki sama menariknya
bagi pembelajar muda. Melalui cerita , siswa dapat lebih memusatkan perhatian
pada konteks secara utuh , bukan kata demi kata. Demikian pula dengan melalui permainan,
siswa terdorong untuk lebih aktif dan lebih bebas dan alami menggunakan bahasa
Arab dalam situasi yang gembira. Muhaiban (2008) menjelaskan beberapa karakteristik
lain anak-anak seperti berikut ini :[6]
a)
Memiliki
kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang.
b)
Memahami
hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik.
c)
Belajar bahasa melewati suatu masa yang
disebut periode bisu (fatroh al-shumti) , dimana mereka hanya dapat mendengar,
belum dapat berbicara.
d)
Cenderung
belajar bahasa melalui pemerolehan, yaitu suatu pengembangan kemampuan
berbahasa secara alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan
mengkaji aturan-aturan bahasa.
e)
Pada
usia sekolah dasar pada umumnya berada pada taraf berfikir secara kongkret.
Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee,
dan Borridge mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan
dalam pengajaran bahasa untuk anak-anak, yaitu sebagai berikut : [7]
1)
Pembelajaran
bahasa berpijak pada dunia anak, yaitu keluarga, rumah, sekolah, mainan dan
teman bermain.
2)
Pembelajaran
bahasa berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau
oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya,
dari lingkungan rumah kelingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat,
kemudian ke lingkungan sekolah.
3)
Pembelajaran
bahasa dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes (daya tarik) anak.
4)
Pokok-
pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari pengetahuan yang tidak
dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana.
5)
Tugas-tugas
dalam pelajaran bahasa diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan gerak.
6)
Bahan
pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/kongkret.
7)
Materi
pembelajaran diorientasikan kepada pengembangan keterampilan bahasa.
8)
Budaya
nasional dan asing dikenalkan secara bertahap.
9)
Pokok-
pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar.
Selain ciri-ciri pembelajar bahasa pemula yang telah dibahas
sebelumnya, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru, antara lain
berikut ini.
a.
Anak-anak
sebenarnya belum menyadari untuk apa mereka belajar bahasa asing walaupun
mereka senang dan bersemangat.
b.
Anak
belajar bahasa Arab mula- mula dengan cara menyimak, kemudian menirukan.
Kadang- kadang mereka seolah-olah tidak mendengarkan, tetapi suatu ketika dapat
menirukan dengan benar.
c.
Dunia
anak dengan berbagai kegiatannya berbeda dengan dunia orang dewasa. Anak tidak
selalu memahami apa yang dikatakan orang dewasa. Demikian pula orang dewasa,
tidak selalu mengerti apa yang dikatakan anak. Interaksi social sangat penting
manfaatnya.
d.
Anak
selalu ingin tahu. Oleh karena itu, anak-anak suka bertanya.[8]
2.3 Karakter
Guru Bahasa Arab di MI
Mengingat peran
guru/pengajar yang sedemikian besar dalam menentukan keberhasilan kegiatan
pembelajaran, maka seorang guru/pengajar harus dituntut untuk memiliki
seperangkat kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi profesional, personal
maupun sosial. Kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki guru telah
disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru berbunyi:
“Kompetensi guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.”
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang kurangnya meliputi
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,
pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya
mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan
bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif,
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi
kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk
berkomunikasi lisan, tulis, atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,
orang tua atau wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan
menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.[9]
Kompetensi profesional
merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu, konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau
seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
Apabila
kompetensi-kompetensi di atas dimiliki oleh guru bahasa Arab, maka seorang guru
bahasa Arab memiliki karakteristik-karakteristik khusus atau
syarat-syarat utama yang dapat menunjang keberhasilannya dalam pembelajaran.
Karakteristik-karakteristik
yang harus dimiliki guru bahasa Arab adalah sebagai berikut:
a)
Harus mencintai dan bangga terhadap bahasa
Arab, sehingga ia dapat menanamkan rasa cinta kepada bahasa Arab dalam diri
anak didiknya.
b)
Harus
menguasai materi agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
c)
Harus mampu berbahasa Arab dengan baik, begitu juga dalam penyampaian
materi.
d)
Harus memiliki wawasan yang luas atas materi ajar dan bahasa Arab.
e)
Harus mampu mengarahkan dan membimbing, baik dalam kelas maupun di luar
kelas.
f)
Harus mampu mengembangkan keilmuannya dan profesionalismenya sebagai
guru bahasa Arab.
Karakteristik
di atas merupakan cerminan karakter guru bahasa Arab yang ideal yang diharapkan
dapat dimiliki oleh guru bahasa Arab, sehingga proble-matika-problematika pembelajaran
bahasa Arab yang bersumber dari guru dapat di atasi atau dieliminir, bahkan
dapat dihilangkan.[10]
Guru harus
memiliki syarat-syarat utama atau syarat paedagogis yang dimiliki sebelum
menjadi guru atau sebelum melaksanakan pembelajaran. Syarat-syarat ini bersifat umum bagi semua guru termasuk guru bahasa
Arab, yaitu:
a.
Mengetahui tujuan pendidikan yang dianut negaranya.
b.
Mengenal peserta didik dengan baik.
c.
Bersedia membantu peserta didik dengan penuh kesabaran.
d.
Mampu menyesuaikan diri dengan peserta didik guna mencapai tujuan
pendidikan;
e.
Memiliki prinsip dalam penggunaan alat atau media pendidikan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
f.
Mampu bermasyarakat.
g.
Menguasai materi.
h.
Mampu menciptakan suasan kelas yang kondusif, agar terwujud interaksi edukatif
yang baik.[11]
Syarat-syarat di atas mesti dimiliki oleh guru bahasa Arab jika tujuan
pembelajaran ingin dicapai, karena guru memiliki peran terbesar dalam proses
pembelajaran. Guru laksana nahkoda bagi sebuah bahtera dalam mengarungi
samudera. Oleh karena itu, guru harus memahami dengan baik peranannya
dalam pembelajaran. Peranan guru dalam pembelajaran bukan hanya saat proses
pembelajaran tapi meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.[12]
Menurut Ahmad Tafsir bahwa peranan guru dalam pembelajaran
adalah sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, pengarah
pembelajaran, evaluator; konselor, dan pelaksana kurikulum.[13]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pembelajaran bahasa Arab untuk anak- anak yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah pembelajaran
bahasa Arab sebagai bahasa asing. Artinya sebagai bahasa tambahan yang
dipelajari oleh seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya
sehari-hari. Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk
belajar bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, otak anak masih elastis dan lentur , sehingga proses penyerapan
bahasa lebih mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara
otomatis. Sebaliknya, sebelum anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita
harus mengambil sikap menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya
pengajaran bahasa Arab atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada
anak-anak dan dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka. Para
orang tua dan guru dianjurkan agar tidak memaksakan anak- anak (murid) mereka
yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya.
Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual,
serta motorik anak. Kalau dipaksakan
bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah . Sebaiknya orang tua jangan
memaksakan obsesinya kepada anak-anaknya. Dalam usia balita , anak pun belum
membutuhkan kemampuan berbahasa asing.
b.
Beberapa
karakteristik anak-anak sebagai pelajar pemula yaitu :
a)
Memiliki
kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang.
b)
Memahami
hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik.
c)
Belajar bahasa melewati suatu masa yang
disebut periode bisu (fatroh al-shumti) , dimana mereka hanya dapat mendengar,
belum dapat berbicara.
d)
Cenderung
belajar bahasa melalui pemerolehan, yaitu suatu pengembangan kemampuan
berbahasa secara alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan
mengkaji aturan-aturan bahasa.
e)
Pada
usia sekolah dasar pada umumnya berada pada taraf berfikir secara kongkret.
c.
Karakteristik-karakteristik yang harus dimiliki
guru bahasa Arab adalah sebagai berikut:
a)
Harus mencintai dan bangga terhadap bahasa
Arab, sehingga ia dapat menanamkan rasa cinta kepada bahasa Arab dalam diri
anak didiknya.
b)
Harus
menguasai materi agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
c)
Harus mampu berbahasa Arab dengan baik, begitu juga dalam penyampaian
materi.
d)
Harus memiliki wawasan yang luas atas materi ajar dan bahasa Arab.
e)
Harus mampu mengarahkan dan membimbing, baik dalam kelas maupun di luar
kelas.
f)
Harus mampu mengembangkan keilmuannya dan profesionalismenya sebagai
guru bahasa Arab.
Karakteristik di atas merupakan cerminan
karakter guru bahasa Arab yang ideal yang diharapkan dapat dimiliki oleh guru
bahasa Arab, sehingga proble-matika-problematika pembelajaran bahasa Arab yang
bersumber dari guru dapat di atasi atau dieliminir, bahkan dapat dihilangkan
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Nazrul, “Umur Yang Layak Dalam Pembelajaran” , (http://nazrulahmad05.blogspot.com/). Diakses pada 13 September 2015 pukul 11.40
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah . Jakarta: Rineka Cipta
Tafsir.
Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Slaonee, “Pembelajaran Bahasa Arab” (https://slaoenee.wordpress.com/) . Diakses pada 13 September 2015 pukul 11.40
[1] Nazrul Ahmad, “Umur Yang Layak Dalam Pembelajaran” , dalam http://nazrulahmad05.blogspot.com/ / Diakses pada 13 September 2015 pukul
11.40.
[9]
Slaonee, “Pembelajaran Bahasa Arab” dalam https://slaoenee.wordpress.com/ .Diakses pada 13 September 2015 pukul 11.40
[11] B. Suryosubroto, Proses
Belajar Mengajar di Sekolah , (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 163-164
[12] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), hal 86.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar