Kamis, 29 September 2016

MAKALAH PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK-ANAK



PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK-ANAK
MAKALAH








OLEH
KELOMPOK 1
1.     NIA NI’MATUL C                                   (2817133120)
2.     NUR AWALIYATUL IFADIYAH           (2817133131)
3.     PRENDI TRI TRISNO                            (2817133142)




JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS  TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2015



TEHNIK PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab

Dosen Pembimbing
Tika Mardiyah, M.Pd. I








Oleh
Kelompok 1
1.     Nia Ni’matul C                                      (2817133120)
2.     Nur Awaliyatul Ifadiyah              (2817133131)
3.     Prendi Tri Trisno                         (2817133142)




JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS  TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2015





KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembelajaran Bahasa ArabUntuk Anak-anak ”. Sehingga dengan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kita semua mengenai mata kuliah Bahasa Arab.
Sehubungan dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Dr. Maftukhin, M. Pd selaku rektor IAIN Tulungagung.
2.      Ibu  Tika Mardiyah, M.Pd. I selaku dosen pembimbing.
3.      Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Selain itu penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini  masih terdapat banyak kekurangan, serta tidak terlepas dari berbagai  macam kendala, keterbatasan ilmu, dan referensi. Oleh karena itu, penulis masih mengharapkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “Pembelajaran Bahsa Arab Untuk Anak-anak ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Tulungagung, September 2015
             Penulis







DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR                                                                                   iii
DAFTAR ISI                                                                                                  iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang                                                                              1
1.2 Rumusan Masalah                                                                         1
1.3 Tujuan                                                                                           1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kesiapan anak-anak mempelajari bahasa arab (Asing)                  2
2.2 Karakteristik siswa MI sebagai pelajar pemula                             5
2.3 Karakturu guru bahasa arab di MI                                                8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan                                                                                   12
DAFTAR RUJUKAN                                                                                                14





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Setiap anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa, walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda . Adapun diantara perbedaan- perbedaan tersebut yaitu tujuan-tujuan pengajaran yang ingin dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri, minat serta ketekunannya. Karena itu pengajaran bahasa asing, semisal bahasa Arab, harus dijalani sesuai dengan tuntutan pembelajaran anak. Dan untuk dapat berbuat demikian, diperlukan seorang guru yang benar-benar kompeten dalam pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1.2.1        Bagaimana Kesiapan anak-anak mempelajari bahasa arab (Asing) ?
1.2.2        Bagaimana Karakteristik siswa MI sebagai pelajar pemula ?
1.2.3        Bagaimana Karakturu guru bahasa arab di MI ?

1.3  Tujuan
Dalam penulisan makalah ini sebagaimana masalah yang telah penulis rumuskan, penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu :
1.3.1        Untuk memaparkan Kesiapan anak-anak mempelajari bahasa arab (Asing) ?
1.3.2        Untuk memaparkan Karakteristik siswa MI sebagai pelajar pemula?
1.3.3        Untuk memaparkan Karakturu guru bahasa arab di MI ?



BAB II
PEMBAHASAN

1.1  Kesiapan Anak-Anak Mempelajari Bahasa Arab (Asing)
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak- anak yang dimaksud dalam pembahasan  ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari . Dan yang dimaksud dengan anak- anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun , yaitu sampai mereka mencapai penghujung “Masa Sekolah Bahasa Ibu” . Masa sekolah bahasa ibu adalah istilah yang diperkenalkan oleh Johan Amos Comenisus yang membagi masa-masa perkembangan manusia berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak itu sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Di antara berbagai faktor mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari bahasa asing adalah faktor usia . Terkait dengan faktor usia ini, yang pasti disepakati oleh banyak pihak adalah tingkat kematangan berbahasa anak yang diidentikkan dengan tingkat usia mempunyai pengaruh besar terhadap penguasaan bahasa asing. Lalu apakah anak-anak dianggap telah siap untuk mempelajari bahasa asing? Ada yang beranggapan mereka sudah siap bahkan semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa asing dibandingkan orang dewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan keberhasilan.[1]
Beberapa alasan yang diajukan oleh orang- orang yang menolak pembelajaran bahasa asing untuk anak-anak diantaranya dikatakan dalam bukunya doktor ali muhammad alqosimi banyak ditemukan buku dan artikel yang tidak percaya tentang hal memasukkan bahasa asing ke dalam materi pembelajaran bagi pemula, alasan ini berdasarkan psikologi dan kesiapan anak,orang dewasa lebih mampu mempelajari bahasa asing, pelajaran bahasa asing menyulitkan anak-anak, mempelajari bahasa asing dapat menghalangi anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan baik , dan dualisme bahasa dapat menghalangi pertumbuhan kognisi dan efeksi anak-anak. Dari segi kognitif, orang dewasa cenderung lebih sempurna dalam menguasai kaidah ekplisit, yaitu tatabahasa . Namun dari segi afektif, yaitu sikap dan sifat pribadi yang mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung kurang dibandingkan anak-anak.
Hal ini dilaporkan oleh hasil penelitian Taylor pada tahun 1974 dan Schuman pada tahun 1975. Mereka melaporkan bahwa anak-anak mempunyai kapasitas pribadi yang lebih besar daripada orang dewasa . Anak-anak belum memiliki hambatan-hambatan psikologis tentang identitas diri , misalnya rasa takut salah dalam menggunakan bahasa kedua. Mereka tidak terhalangi dalam belajar bahasa kedua dengan sikap negative terhadap penutur bahasa itu dan anak-anak pada umumnya mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar bahasa. Ini berarti bahwa anak-anak menghadapi tugas belajarnya sebagi tugas yang ringan. Namun sebaliknya, seperti telah dikemukakan, orang dewasa mempunyai beberapa keuntungan kognitif yang lebih baik daripada anak-anak, terutama bila bahasa kedua dipelajari dalam situasi kelas dengan banyak penekanan pada kaidah bahasa. Orang dewasa mempunyai kapasitas ingatan yang lebih besar, cara berpikir yang lebih dewasa, sehingga hal inipun menjadi pendorong belajar yang kuat . Terutama sekali bila tujuan belajar berbahasa itu bersifat instrumental , yaitu bahasa sebagai alat. Misalnya, belajar bahasa untuk tujuan perjalanan jauh ke luar negeri.[2]
Sedangkan doctor Qousi, seorang spesialis psikologi pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa asing pada usia dini itu lebih baik, dan bahasa asing itu tidak akan berdampak negative bagi pengetahuannya tentang bahasa ibu mereka. Bandingkan dengan alasan-alasan para pendukung pengajaran bahasa asing untuk anak-anak berikut ini, yaitu :
a.    Semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing semakin meningkat, karenanya harus dipersiapkan sejak dini.
b.    Secara sosial banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi sehari- hari mereka, ada juga beberapa Negara yang memiliki lebih dari satu bahasa resmi.
c.    Dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang mengglobal.
d.   Anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar banyak bahasa.
e.    Berdasarkan penelitian terhadap perkembangan saraf-saraf otak manusia menunjukkan bahwa pada masa anak-anak kondisinya fleksibel sehingga gampang untuk diperkenalkan dengan beberapa bahasa.
f.     Perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (garaziy/ instinctive ), tetapi harus dibiasakan.
g.    Karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih gampang dari pada ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya sudah mapan dengan suatu bahasa tertentu dan susah diubah atau diperbaiki.
h.    Pengalaman beberapa Negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman) dalam mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang menggembirakan.[3]

Ditegaskan lagi bahwa yang dimaksud dengan anak-anak dalam makalah ini adalah mereka yang berada pada usia antara 6 sampai 12 tahun , secara normal mereka adalah pelajar kelas 1 sampai kelas 6 Madrasah Ibtida’iyah/Sekolah Dasar . Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, otak anak masih elastis dan lentur , sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Sebaliknya, sebelum anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita harus mengambil sikap menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya pengajaran bahasa Arab atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada anak-anak dan dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka. Para orang tua dan guru dianjurkan agar tidak memaksakan anak- anak (murid) mereka yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya. Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik  anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah . Sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada anak-anaknya. Dalam usia balita , anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa asing. Anak-anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak harus mempelajarinya.
Ditambah lagi bahwa dalam bahasa terkandung makna-makna moral yang perlu diketahui oleh anak. Sehingga, ketika anak belajar bahasa ibu, ia mengetahui nilai moral maupun budaya dibalik kata-kata yang diucapkannya. Adapun bahasa asing memiliki pendekatan budaya yang berbeda dari bahasa ibu. Sehingga, bahasa asing sebaiknya dikenalkan kepada anak sebatas sebeagai pengetahuan saja . Bila anak-anak yang dipaksakan belajar bahasa asing, dikhawatirkan dapat menganggu pertumbuhan kejiwaannya. Apalagi bila tidak ditanamkan nilai-nilai dasar yang memadai. Bahasa itu simbol. Jadi sebelum si anak memahami betul bahasa ibunya maka orangtua jangan memaksakan anak untuk belajar bahasa asing.[4]



1.2  Karakteristik Siswa MI/SD Sebagai Pembelajar Pemula Bahasa Arab (Asing)
Pada umumnya karakteristik siswa MI/SD senang belajar sesuatu yang baru , termasuk belajar bahasa dengan cara melakukan sesuatu (learning by doing), misalnya dengan bermain, bernyanyi, dan menggerakkan anggota tubuh . Pada umumnya anak-anak memiliki sikap egocentric, yaitu ada kecenderungan mereka suka menghubungkan apa yang mereka pelajari dan apa yang mereka lakukan dengan diri mereka sendiri. Mereka akan menyukai segala hal dalam pelajaran bahasa yang ada hubungannya dengan kehidupan mereka dengan dunia sekelilingnya . Misalnya, akan lebih mudah untuk mempelajari materi atau bahan yang menggunakan kata atau frasa, seperti : اسمي ....... ....., عندي............., هذا قلمي........      
Dalam proses perkembangannya anak akan mengalami perubahan. Perubahan fisik karena mereka tumbuh dan perubahan sifat dan perilakunya. Menginjak usia 10 tahun (kelas 4) mereka mengalami proses perubahan yang tadinya egocentric menuju kehubungan timbale balik, yaitu tidak hanya berpusat pada dirinya, tetapi sudah memperhatikan orang lain yang tadinya berfokus pasa dirinya (انا....., عندي.....) sekarang mulai terbuka untuk yang lain, misalnya sudah memperhatikan) انت ( yaitu temannya.
Waktu memperkenalkan bahasa Arab kepada anak-anak, sebaiknya diawali dengan hal-hal yang kongkret lebih dahulu. Kemudian menuju ke hal-hal yang bersifat abstrak . Pada tingkat permulaan sebaiknya tidak hanya mengandalkan kata-kata dan bahasa lisan saja, tetapi perlu dilengkapi dengan contoh nyata. Banyak objek atau benda nyata dan gambar yang bisa digunakan. Benda-benda yang ada disekitar anak-anak, misalnya kursi (كر سي (, pintu (باب), Almari (خزانة), merupakan contoh benda kongkret yang dengan mudah dapat diperkenalkan kepada siswa dalam bahasa Arab dan dapat digunakan untuk memperkenalkan secara implisit struktur kalimat bahasa Arab.[5]
Ketika usia anak sudah bertambah, mereka sudah bisa membedakan antara fakta dan fiksi dan mulai bisa mengerti hal-hal yang abstrak . Beberapa ahli menyatakan bahwa anak adalah pembelajar aktif ( active learners ). Anak-anak yang pada dasarnya aktif akan menyukai pembelajaran melalui permainan-permainan, cerita maupun lagu. secara tidak langsung mereka akan lebih termotivasi untuk belajar bahasa Arab.
Pada usia 10-12 tahun anak-anak sudah dapat bekerja sama dengan temannya. Mereka dapat diberi kegiatan untuk dikerjakan bersama-sama. Walaupun ada anak yang sudah dapat berkonsentrasi lebih lama, variasi kegiatan masih diperlukan. Kerja kelompok dapat berupa membuat daftar, melengkapi kalimat, mengisi teka- teki silang dan masih banyak yang lain.
Kehidupan anak-anak dipenuhi dengan warna . Kegiatan dan tugas-tugas yang disertai gambar-gambar yang cukup besar dan berwarna- warni dapat membuat mereka lebih gembira. Kegiatan mewarnai gambar tentu akan dikerjakan dengan gembira sambil mengenal nama-nama dalam bahasa Arab dan benda yang ada pada gambar tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya anak-anak suka bernyanyi dan mendengarkan lagu . Kegiatan belajar bahasa dengan melalui lagu disukai oleh hampir semua anak termasuk anak yang pemalu sekalipun . Ketika anak-anak bernyanyi berarti mereka menggunakan bahasa Arab untuk menyampaikan suatu pesan yang cukup bermakna. Games atau permainan, cerita dan teka-teki sama menariknya bagi pembelajar muda. Melalui cerita , siswa dapat lebih memusatkan perhatian pada konteks secara utuh , bukan kata demi kata. Demikian pula dengan melalui permainan, siswa terdorong untuk lebih aktif dan lebih bebas dan alami menggunakan bahasa Arab dalam situasi yang gembira. Muhaiban (2008) menjelaskan beberapa karakteristik lain anak-anak seperti berikut ini :[6]
a)      Memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang.
b)      Memahami hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik.
c)       Belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut periode bisu (fatroh al-shumti) , dimana mereka hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara.
d)     Cenderung belajar bahasa melalui pemerolehan, yaitu suatu pengembangan kemampuan berbahasa secara alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan mengkaji aturan-aturan bahasa.
e)      Pada usia sekolah dasar pada umumnya berada pada taraf berfikir secara kongkret.
Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan dalam pengajaran bahasa untuk anak-anak, yaitu sebagai berikut : [7]
1)      Pembelajaran bahasa berpijak pada dunia anak, yaitu keluarga, rumah, sekolah, mainan dan teman bermain.
2)      Pembelajaran bahasa berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya, dari lingkungan rumah kelingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah.
3)      Pembelajaran bahasa dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes (daya tarik) anak.
4)      Pokok- pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari pengetahuan yang tidak dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana.
5)      Tugas-tugas dalam pelajaran bahasa diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan gerak.
6)      Bahan pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/kongkret.
7)      Materi pembelajaran diorientasikan kepada pengembangan keterampilan bahasa.
8)      Budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap.
9)      Pokok- pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar.
Selain ciri-ciri pembelajar bahasa pemula yang telah dibahas sebelumnya, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru, antara lain berikut ini.
a.       Anak-anak sebenarnya belum menyadari untuk apa mereka belajar bahasa asing walaupun mereka senang dan bersemangat.
b.      Anak belajar bahasa Arab mula- mula dengan cara menyimak, kemudian menirukan. Kadang- kadang mereka seolah-olah tidak mendengarkan, tetapi suatu ketika dapat menirukan dengan benar.
c.       Dunia anak dengan berbagai kegiatannya berbeda dengan dunia orang dewasa. Anak tidak selalu memahami apa yang dikatakan orang dewasa. Demikian pula orang dewasa, tidak selalu mengerti apa yang dikatakan anak. Interaksi social sangat penting manfaatnya.
d.      Anak selalu ingin tahu. Oleh karena itu, anak-anak suka bertanya.[8]
2.3 Karakter Guru Bahasa Arab di MI
Mengingat peran guru/pengajar yang sedemikian besar dalam menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran, maka seorang guru/pengajar harus dituntut untuk memiliki seperangkat kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi profesional, personal maupun sosial. Kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru berbunyi:
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang kurangnya meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi lisan, tulis, atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.[9]
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Apabila kompetensi-kompetensi di atas dimiliki oleh guru bahasa Arab, maka seorang guru bahasa Arab memiliki karakteristik-karakteristik khusus atau  syarat-syarat utama yang dapat menunjang keberhasilannya dalam pembelajaran.
Karakteristik-karakteristik yang harus dimiliki guru bahasa Arab adalah sebagai berikut:
a)      Harus mencintai dan bangga terhadap bahasa Arab, sehingga ia dapat menanamkan rasa cinta kepada bahasa Arab dalam diri anak didiknya.
b)       Harus menguasai materi agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
c)      Harus mampu berbahasa Arab dengan baik, begitu juga dalam penyampaian materi.
d)     Harus memiliki wawasan yang luas atas materi ajar dan bahasa Arab.
e)      Harus mampu mengarahkan dan membimbing, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
f)       Harus mampu mengembangkan keilmuannya dan profesionalismenya sebagai guru bahasa Arab.
Karakteristik di atas merupakan cerminan karakter guru bahasa Arab yang ideal yang diharapkan dapat dimiliki oleh guru bahasa Arab, sehingga proble-matika-problematika pembelajaran bahasa Arab yang bersumber dari guru dapat di atasi atau dieliminir, bahkan dapat dihilangkan.[10]
Guru harus memiliki syarat-syarat utama atau syarat paedagogis yang dimiliki sebelum menjadi guru atau sebelum melaksanakan pembelajaran. Syarat-syarat ini bersifat umum bagi semua guru termasuk guru bahasa Arab, yaitu:
a.       Mengetahui tujuan pendidikan yang dianut negaranya.
b.      Mengenal peserta didik dengan baik.
c.       Bersedia membantu peserta didik dengan penuh kesabaran.
d.      Mampu menyesuaikan diri dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan;
e.       Memiliki prinsip dalam penggunaan alat atau media pendidikan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
f.       Mampu bermasyarakat.
g.      Menguasai materi.
h.      Mampu menciptakan suasan kelas yang kondusif, agar terwujud interaksi edukatif yang baik.[11]
Syarat-syarat di atas mesti dimiliki oleh guru bahasa Arab jika tujuan pembelajaran ingin dicapai, karena guru memiliki peran terbesar dalam proses pembelajaran. Guru laksana nahkoda bagi sebuah bahtera dalam mengarungi samudera. Oleh karena itu, guru harus memahami dengan baik peranannya  dalam pembelajaran. Peranan guru dalam pembelajaran bukan hanya saat proses pembelajaran tapi meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.[12]
 Menurut Ahmad Tafsir bahwa peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, pengarah pembelajaran, evaluator; konselor, dan pelaksana kurikulum.[13]


















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a.       Pembelajaran bahasa Arab untuk anak- anak yang dimaksud dalam pembahasan  ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari. Usia 6 sampai 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu. Alasannya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, otak anak masih elastis dan lentur , sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Sebaliknya, sebelum anak-anak mencapai usia 6 tahun sebaiknya kita harus mengambil sikap menahan diri. Dan yang lebih penting adalah hendaknya pengajaran bahasa Arab atau bahasa asing lainnya tidak dipaksakan kepada anak-anak dan dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan mereka. Para orang tua dan guru dianjurkan agar tidak memaksakan anak- anak (murid) mereka yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya. Karena, hal itu dapat menganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik  anak. Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah . Sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada anak-anaknya. Dalam usia balita , anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa asing.
b.      Beberapa karakteristik anak-anak sebagai pelajar pemula yaitu :
a)      Memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang.
b)      Memahami hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik.
c)       Belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut periode bisu (fatroh al-shumti) , dimana mereka hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara.
d)     Cenderung belajar bahasa melalui pemerolehan, yaitu suatu pengembangan kemampuan berbahasa secara alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan mengkaji aturan-aturan bahasa.
e)      Pada usia sekolah dasar pada umumnya berada pada taraf berfikir secara kongkret.

c.       Karakteristik-karakteristik yang harus dimiliki guru bahasa Arab adalah sebagai berikut:
a)      Harus mencintai dan bangga terhadap bahasa Arab, sehingga ia dapat menanamkan rasa cinta kepada bahasa Arab dalam diri anak didiknya.
b)       Harus menguasai materi agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
c)      Harus mampu berbahasa Arab dengan baik, begitu juga dalam penyampaian materi.
d)     Harus memiliki wawasan yang luas atas materi ajar dan bahasa Arab.
e)      Harus mampu mengarahkan dan membimbing, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
f)       Harus mampu mengembangkan keilmuannya dan profesionalismenya sebagai guru bahasa Arab.
Karakteristik di atas merupakan cerminan karakter guru bahasa Arab yang ideal yang diharapkan dapat dimiliki oleh guru bahasa Arab, sehingga proble-matika-problematika pembelajaran bahasa Arab yang bersumber dari guru dapat di atasi atau dieliminir, bahkan dapat dihilangkan



DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Nazrul, “Umur Yang Layak Dalam Pembelajaran” ,  (http://nazrulahmad05.blogspot.com/). Diakses pada 13 September 2015 pukul 11.40
Suryosubroto, B. 1997.  Proses Belajar Mengajar di Sekolah . Jakarta: Rineka Cipta
Tafsir. Ahmad. 1994.  Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Slaonee, “Pembelajaran Bahasa Arab” (https://slaoenee.wordpress.com/) . Diakses pada 13 September 2015 pukul 11.40















[1] Nazrul Ahmad, “Umur Yang Layak Dalam Pembelajaran” ,  dalam http://nazrulahmad05.blogspot.com/ / Diakses pada 13 September 2015 pukul 11.40.

[9] Slaonee,Pembelajaran Bahasa Arab” dalam  https://slaoenee.wordpress.com/ .Diakses pada 13 September 2015 pukul 11.40
[11]  B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah , (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 163-164
[12] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal 86.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar