PENERAPAN
MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS V MI MA’DINUL ULUM
CAMPURDARAT TULUNGAGUNG
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupannnya, sifatnya mutlak baik dalam kehidupan seseorang , keluarga,
bangsa atau Negara. Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan suatu kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sesuai dengan salah satu tujuan Negara yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945
yaitu mencerdaskan bangsa.[1]
Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk
memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik
maupun nonfisik : yakni mengembangkan potensi pikir (mental intelektual),
sosial, emosional, nilai moral, spiritual, ekonomikal, fisikal, maupun
kultural, sehingga dia dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan
harapan dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa, dan negara, serta dapat
menjawab tantangan peradapan yang semakin maju. Pendidikan pada hakikatnya
merupakan proses membangun peradapan bangsa, dan pendidikan harus berarah pada
konsep perubahan, penumbuh kembangan anak-anak bangsa menjadi pribadi yang baik
(beriman, bertawakal, berbudi pekerti luhur, memiliki nilai moral), mampu
berkomunikasi, bergaul dengan baik, saling menghargai dan memiliki kematangan
emosional ; terampil atau memiliki kecakapan hidup, dan berbudaya. Oleh karena
itu, pendidikan oleh para ahli disebut sebagai “ilmu normatif”. Sebagai ilmu
normatif pendidikan tidak sekedar ingin mendiskripsikan atau memberitahukan
sesuatu, tetapi ingin menjelaskan bahwa pendidikan itu harus mencapai suatu
“cita ideal”.[2]
1
|
Peran guru dalam sebuah pembelajaran yaitu memberikan pengajaran di
dalam kelas atau sekolah, dia menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan
baik secara pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain dari itu dia juga
berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan
sosial, apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya. Untuk
mencapain tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya
pengetahuan yang akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik
model, metode dan teknik mengajar.[4]
Dalam melaksanakan hal-hal tersebut seorang guru harus mampu
memotivasi siswa agar tertarik dengan materi yang akan diajarkan, sehingga
siswa tidak merasa bosan karena pembelajaran yang kurang menarik, ini merupakan
hal yang wajar dialami oleh guru, yang tidak memahami kebutuhan dari siswa
tersebut, baik dalam karakteristik maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam hal
ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan
melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik. Jadi bukan
hanya menerapkan pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik
dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif. Selain itu, hubungan
komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan dengan baik. [5]
Untuk pengembangan potensi siswa dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Seperti memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Memberikan kesempatan untuk bermain dan beraktivitas. Menciptakan
sesuatu yang aman pada diri siswa , aktivitas tidak di dominasi guru melainkan
siswa, guru berfungsi sebagai fasilitator, pembimbing, pengarah, dan pemberi
motivasi. Selain itu tugas guru adalah membantu siswa dalam belajar, yakni
berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran melalui penerapan berbagai model, metode dan media yang tepat.[6]
Mata
pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan mata pelajaran yang membutuhkan
banyak hafalan dan pembuktian benda nyata. Jadi guru dituntut untuk selalu
membantu dan mendampingi peserta didik dalam memahami suatu materi. Jika guru
hanya menekankan pada kemampuan kognitif saja, dan tidak diimbangi dengan
kemampuan kinerja, maka peserta didik tidak akan maksimal dalam menerima
pelajaran. Mengenai hal tersebut perlu dilakukan upaya dalam rangka meningkatkan
motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Salah satu alternatif
guru dalam menyampaikan materi yaitu dengan menggunakan berbagai model
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Diantara model pembelajaran yang bisa digunakan dalam mata
pelajaran IPA adalah model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw. Dengan
model pembelajaran ini diharapkan para peserta didik mampu bekerjasama dengan
peserta didik lain dalam berkelompok. Sehingga mereka akan mempunyai motivasi
untuk keberhasilan kelompok, dan setiap individu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Penerapan dari
model pembelajaran cooperatif learning ini untuk membuktikan adanya peningkatan
motivasi belajar sehingga nilai IPA pada peserta didik bisa meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan
ternyata hal ini terjadi disebabkan guru yang masih mengajarkan IPA
dengan cara kurang menarik, masih menggunakan metode ceramah, sehingga peserta
didik menjadi pasif dan malas. Sehingga peserta didik kurang termotivasi dalam
pembelajaran yang dilaksanakan.[7]
Hal ini dikuatkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
wali kelas V Bapak Mastur di MI Ma’dinul Ulum Campurdarat Tulungagung,
menegaskan bahwa:
“Peserta didik
pada saat pembelajaran kurang fokus, bermain sendiri, berbincang-bincang dengan
teman lain, tidak onsentrasi disaat pembelajaran berlangsung, sehingga masih
terdapat beberapa peserta didik yang nilainya di bawah KKM yaitu 75. Kira-kira
hampir setengah dari jumlah siswa seluruhnya yang nilainya masih dibawah KKM.”[8]
Peneliti juga mengumpulkan data dari hasil dokumentasi daftar nilai
ulangan harian IPA materi alat pernapasan p Tulungagung peserta didik kelas V
MI MA’DINUL ulum Campurdarat. Dari studi dokumentasi peneliti menemukan hasil
bahwa nilai ulangan matematika peserta didik sebagian besar masih di bawah KKM
yaitu 75. Dari 30 atau sebanyak 15
peserta didik, terdapat 50% atau sebanyak 15 peserta didik yang nilainya
berada dibawah KKM.[9]
Adapun nilai selengkapnya sebagaimana terlampir.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu
tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang
sekiranya dapat meningkatkan motivasi belajar IPA peserta didik. Oleh karena
itu peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul
“Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Peserta Didik Kelas 5 MI MA’DINUL ULUM
Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017”.
B.
Fokus Penelitian
Berdasarkan
konteks penelitian di atas, maka fokus penelitiannya adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
Peningkatan kerjasama antar kelompok melalui penerapan model cooperatif
learning tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas
5 MI MA’DINUL ulum Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017 ?
2.
Bagaimana
Peningkatan Partisipasi melalui penerapan model cooperatif learning tipe
jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI
MA’DINUL ulum Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017 ?
3.
Bagaimana
Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model cooperatif learning tipe
jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI
MA’DINUL ULUM Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017 ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitiannya
adalah sebagai berikut :
1)
Untuk
memaparkan Peningkatan kerjasama antar kelompok melalui penerapan model cooperatif
learning tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas
5 MI MA’DINUL ULUM Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017.
2)
Untuk
memaparkan Peningkatan Partisipasi peserta didik dalam belajar IPA melalui
penerapan model cooperatif learning tipe jigsaw pada mata
pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI MA’DINUL ULUM Campurdarat Tulungagung
Tahun Ajaran 2016/2017.
3)
Untuk
memaparkan Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model cooperatif
learning tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI MA’DINUL
ULUM Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian dapat dilihat dari segi teoritis dan
praktis. Dari segi teoritis, temuan penelitian ini dapat memperkaya khasanah
pengetahuan dalam bidang pembelajaran, khususnya bagi pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar. Sedangkan dari segi praktis, temuan penelitian ini berguna bagi
:
1.
Kepala
MI MA’DINUL ulum sebagai masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan
khususnya pada mata pelajaran IPA untuk MI/SD.
2.
Guru
MI MA’DINUL ulum dalam memilih metode pembelajaran bisa lebih tepat khususnya
pada materi pelajaran IPA untuk MI/SD
3.
Peserta
didik MI MA’DINUL ulum agar lebih mudah memahami materi pembelajaran IPA untuk
MI/SD.
4.
Berbagai
pihak yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut bagi peningkatan
motivasi belajar IPA peserta didik MI/SD.
E.
Penegasan Masalah
1)
Penerapan
Penerapan
yaitu suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk
mencaai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan suatu
kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
2)
Model
Cooperatif Learning tipe Jigsaw
Model
cooperatif learning yaitu suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Model
pembelajaran cooperatif tipe jigsaw ini tugas siswa adalah siswa-siswa
ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam : (a) belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan cara mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa
tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut pada
temennya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Dengan demikian,
seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap
seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam
kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
3)
Motivasi
belajar
Motivasi
belajar merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam maupun dari luar
sehingga sesorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku /
aktivitas tertentu yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Pengatan-penguatan motivasi tersebut berada
ditangan para pendidik ata guru. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat
motivasi be;ajar siswa. Adanya motivasi belajar yang baik akan menunjukkan
hasil atau prestasi yang baik.
4)
IPA
IPA
di sini berkedudukan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan
pengumpulan data dengan cara eksperimen, pengamatan, simulasi, penelitian, dan
demonstrasi untuk menghasilkan sesuatu penjelasan tentang gejala-gejala alam
yang dapat dipercaya.
F.
Sistematika Penulisan
Setelah penelitian ini dilakukan, penulis kemudian menuangkan hasil
penelitiannya ke dalam sebuah laporan penelitian. Sistematika penulisan laporan
tersebut meliputi :
1.
Bagian
awal menunjukkan identitas peneliti dan identitas penelitian yang dilakukan.
Dimana komponennya meliputi halaman judul, abstrak penelitian, persetujuan
pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2.
Bagian
utama, menjelaskan inti dari kegiatan penelitian, meliputi :
a.
Bab
I : Pendahuluan
Pendahuluan
ini bertujuan untuk memberi pengantar kepada pembaca dalam memahami isi laporan
penelitian.
b.
Bab
II : Landasan Teori, Kerangka Berfikir
dan Pengajuan Hipotesis.
Bagian
ini bertujuan untuk memaparkan teori-teori yang mendukung variabel-variabel
yang diteliti.
c.
Bab
III : Metode Penelitian
Metode
penelitian ini berfungsi untuk menegaskan langkah-langkah dan cara peneliti
melakukan sebuah penelitian.
d.
Bab
IV : Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Pada
bab ini disajikan hasil olahan data yang diperoleh saat penelitian dan
pembahasannya. Tujuannya untuk menunjukkan hasil penelitian.
e.
Bab
V : Kesimpulan dan Saran
Bagian
ini bertujuan untuk menyajikan generalisasi teori dan membuktikan kebenaran
hipotesis.
3.
Bagian
akhir, meliputi lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup.
BAB
II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian tentang Model Pembelajaran
1.
Pengertian
Model
Model
merupakan rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek,
sistem, atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisme
2.
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan rancangan peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstuktur
dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media dan model
pembelajaran.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Arti lain model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengrganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[1]
3.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran
Berdasarkan uraian tentang pengertian model pembelajran dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Mempunyai
visi atau tujuan pendidikan tertentu.
b.
Dapat
dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
c.
Memiliki
dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.[2]
|
4.
Karakteristik
Model Pembelajaran
a)
Prosedur
ilmiyah suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik
untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan
urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru untuk peserta didik.
b)
Spesifikasi
hasil belajar yang direncanakan suatu model pembelajaran menyebutkan
hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik.
c)
Spesifikasi
lingkungan belajar suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi
lingkungan di mana respon peserta didik diobservasi.[3]
B.
Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperatif Learning
1.
Pengertian
Cooperatif Learning
Cooperatif
Learning mengandung pengertian bekerja
bersama dalam mencapai tujuan bersama. Cooperatif Learning juga
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.[4]
2.
Ciri-ciri
Cooperatif Learning
Adapun
ciri-ciri pembelajaran Cooperatif Learning adalah (a) setiap anggota memiliki
peran , (b) terjadi hubungan interaksi langsung antara siswa, (c) setiap
anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan. Menurut Slavin ada tiga konsep sentral yang menjadi ciri atau
karakteristik pembelajaran Cooperatif Learning yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan sama untuk berhasil.[5]
3.
Jenis
Pembelajaran Cooperatif Learning
Menurut Sloven dalam Cooperatif Learning ada beberapa
variasi yang dapat diterapkan diaantaranya adalah :
a.
STAD
: dalam hal ini ada saling emotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna memperoleh prestasi maksimal. Ada lima langkah yang dilakukan
pada STAD yaitu : (1) tahap penyajian materi (2) tahap kegiatan kelompok (3)
tahap tes individual (4) tahap penghitungan sekor perkembangan individu (5)
tahap pemberian penghargaan kelompok.
b.
Jigsaw
: ini adalah satu model cooperatif learning, yang tehnik pelaksanaannya dimulai
dari pembentukan kelompok yang disusun oleh guru agar siswa tidak memilih-milih
teman yang disenangi saja, jadi sifatnya heterogen. Setiap anggota kelompok
diberi tugas untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian ada perwakilan
kelompok bertemu dengan perwakilan kelompok lain, mereka belajar materi yang
sama. Kemudian kelompk dari perwakilan kelompok ini kembali ke kelompok
asalnya, dan menjelaskan apa yang sudah mereka bahas dalam pertemuan perwakilan
kelompom tadi.
c.
Group
Investigation : stelah dibentuk kelompok oleh siswa, (boleh pilih-pilih teman),
mereka diberi materi dan permasalahan. Untuk memecahkan masalah ini siswa bisa
mencari data dikelas atau di luar kelas. Kemudian pada waktunya mereka harus
melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis, dan kesimpulan. [6]
4.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Cooperatif Learning
Tardapat empat prinsip dasar pembelajaran Cooperatif Learning,
seperti dijelaskan di bawah ini :
(a)
Prinsip
ketergantungan positif : Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu
penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota
kelomponya. Oleh sebab itu perlu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok
keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja
masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan
merasa saling ketergantungan.
(b)
Tanggung
jawab perseorangan : Prinsip yang merupakan kensekuensi dari prinsip yang
pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,
maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan
tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan
kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian
terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan
tetapi penilaian kelompok harus sama.
(c)
Interaksi
tatap muka : Pembelajaran cooperatif learning memberi ruang dan kesempatan luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi
dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan
masing-masing kelompok.
(d)
Partisipasi
dan komunikasi : Pembelajaraan cooperatif learning melatih siswa untuk dapat
mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu,
sebelum melakukan cooperatif learing guru perlu membekali siswa dengan
kemampuan berkomunikasi.[7]
5.
Manfaat
Model Pembelajaran Cooperatif Learning
a)
Terjadi
pengembangan kualitas diri peserta didik.
b)
Mereka
belajar saling terbuka, saling percaya dan rilex.
c)
Mereka
belajar bertukar pikiran dalam suasana penuh keakraban.
d)
Materi
pelajaran dapat lebih dipahami karena mereka mencoba membahas bersama serta
memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru.
e)
Mendorong
tumbuhnya tanggungjawab sosial, meningkatkan kegairahan belajar.
f)
Muncul
sifat kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa.
g)
Berkembangnya
perilaku demokratisasi dalam kelas.
h)
Bisa
pula meningkatkan prestasi siswa, jika model belajar ini betul-betul diterapkan
secara tepat.[8]
C.
Kajian Tentang Cooperatif Learning Tipe Jigsaw
1)
Pengertian
Jigsaw
Tehnik
mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et all sebagai metode pembelajaran Cooperatif
Learning, tehnik ini menggambungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan
dan berbicara, tugas guru dalam tehnik ini adalah memperhatikan skema dan latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar
bahan pelajaran menjadi lebih bermakna, selain itu siswa bekerja sama dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan komunikasi.
2)
Langkah-Langkah
Jigsaw
Dalam
model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen
lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif, yang terdiri atas 4 orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung
jawab terhadap penguasaan setiap komponen atau subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab
terhadap sub topik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau
tiga orang.
Siswa-siswa
ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam : (a) belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan cara mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa
tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut pada
temennya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Dengan demikian,
seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap
seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam
kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.[9]
3)
Kelebihan
Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Kelebihan
Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Yaitu :
a)
Dari
segi efektivitas, secara umum pada model Cooperatif Learning tipe Jigsaw
lebih aktif dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Karena suasana
belajar lebih kondusif baru dan adanya pernghargaan yang diberikan kelompok,
maka masing-masing kelompok berkompetisi untuk mencapai prestasi yang baik.
b)
Siswa
lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan temannya.
c)
Siswa
lebih aktif dan kreatif, serta memiliki tanggungjawab secara individual.[10]
D.
Kajian Tentang Motivasi Belajar
1.
Pengertian
Motivasi adalah motif yang merupakan salah satu dorongan bagi peserta didik
untuk berbuat atau melakukan suatu tingkah laku sesuai dengan apa yang
diinginkan. Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan : hasrat,
keinginan, maksud, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita,
keharusan, kesediaan dan sebagainya.
2.
Pengertian
Belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang
timbul dari dalam maupun dari luar sehingga sesorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku / aktivitas tertentu yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Pengatan-penguatan
motivasi tersebut berada ditangan para pendidik ata guru. Guru sebagai pendidik
bertugas memperkuat motivasi be;ajar siswa. Adanya motivasi belajar yang baik
akan menunjukkan hasil atau prestasi yang baik.[11]
3.
Prinsip
Meningkatkan Motivasi
Terdapat
beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi peserta
didik, diantaranya :
a)
Peserta
didik akan belajar lebih giat apabila yang dipelajarinya menarik, dan berguna
bagi dirinya.
b)
Tujuan
pembelajaran harus disusun dengan jelas dan di informasikan kepada peserta didik
sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga dilibatkan dalam
penyusunan tujuan tersebut.
c)
Peserta
didik harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya.
d)
Pemberian
pujian dan hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman
juga diperlukan.
e)
Manfaat
sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.
f)
Usahakan
untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik, misalnya perbedaan
kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu.
g)
Usahaan
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperthatikan kondisi
fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik
memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar
kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.[12]
4.
Fungsi
Motivasi
Motivasi
memiliki tiga fungsi yakni :
a.
Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi.
b.
Menentukan
arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c.
Menyeleksi
kebutuhan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan atau dijalankan yang serasi guna mencapai
tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi
tujuan itu. Seseorang yang betul-betul bertekad menag dalam pertandingan, tak
akan menghabiskan waktunya bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Ada
dua macam dari motivasi : yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1)
Motivasi
Intrinsik : dia ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
belajar itu. Dalam belajar telah terkandung tujuan menambah pengetahuan.
“intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil
needs and purposes”.
2)
Motivasi
Ekstrinsik : bila seseorang belajar untuk mencari penghargaan berupa angka,
hadiah, diploma, dan sebagainya, dia didorong oleh motivasi ekstrinsik,oleh
sebab itu tujuan-tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak
terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. “ The goal is artificially
introduced ”.[13]
E.
Kajian Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1.
Pengertian
IPA
Didefinisikan
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dengan
cara eksperimen, pengamatan, simulasi, penelitian, dan demonstrasi untuk
menghasilkan sesuatu penjelasan tentang gejala-gejala alam yang dapat
dipercaya.
2.
Tujuan
Pembelajaran
IPA
Tujuan
pembelajaran IPA di SD/MI yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
a)
Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptanya.
b)
Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
c)
Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tehnologi dan masyarakat.
d)
Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
e)
Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam.
f)
Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
g)
Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP atau MTS.
3.
Ruang
Lingkup IPA
Ruang
lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :
a.
Makhluk
hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan.
b.
Benda
atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.
c.
Energi
dan berubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana. [14]
4.
Fungsi
pembelajaran IPA di sekolah dasar
Fungsi
pembelajaran IPA SD antara lain :
(a)
Memberikan
pengetahuan tentang berbagai jenis dan berbagai lingkungan alam dan lingkungan
buatan dalam kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
(b)
Mengembangkan
keterampilan proses yaitu berupa keterampilan fisik atau mental yang diperlukan
untuk memperoleh pengetahuan dibidang IPA maupun pengembangannya.
(c)
Mengembangkan
wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas
kehidupan sehari-hari.
(d)
Mengembangkan
kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara
kemajuan Ipa dan tehnologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatan bagi
kehidupan sehari-hari.
(e)
Mengembangkan
kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan tehologi (IPTEK), serta
keterampilan yang berguna dalam kehidpan sehari-hari maupun untuk melanjutkan
pendidikan ketingkat yang lebih tinggi.
5.
Perlunya
IPA di Sekolah Dasar
Materi IPA di SD/MI yang sangat diperlukan sebagai bagian dari
pengembangan keilmuan yang berhubungan dengan pengetahuan alam semesta dan
berbagai isinya. Di samping itu, guru juga harus memahami perlunya IPA
diajarkan di sekolah dasar. Secara keilmuan bahwa pelajaran IPA di SD/MI akan
memberikan aspek pengetahuan akan alam dan isinya terhadap peserta didik. [15]
F.
Penggunaan Model Cooperatif Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
Guru mempunyai
berbagai cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi IPA di
sekolah, diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran. Banyak fungsi dan
manfaat menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Mata pelajaran IPA merupakan
salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu
pengetahan yang bernyawa maupun yan tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai
jenis dan perangkat lingkungan alam sekitar.
Dalam
pembelajaran ini metode pembelajaran yang ditekankan yaitu model pembelajaran Cooperatif
Learning tipe Jigsaw yaitu suatu pembelajaran yang dilakukan secara
kelompok. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut akan menanggulangi
kejenuhan siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPA, dan
motivasi siswa akan keluar sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik
dan menyenangkan, sehingga hasil belajarnya juga meningkat.
G.
Penelitian Terdahulu
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau
tulisan yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau
menerapkan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe Jigsaw pada
beberapa mata pelajaran yang berbeda-beda. Penelitian tersebut sebagaimana
dipaparkan sebagai berikut :
1.
Penelitian
dilakukan oleh Pamungkas tahun 2013 dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar
IPA dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Cooperatif Learning pada
siswa kelas V SD Negeri Tambakboyo.
2.
Penelitian
dilakukan oleh Fita Nuraisyah, mahasiswa program studi S1 PGMI IAIN
Tulungagung, dengan judul “Penerapan metode pembelajaran Cooperatif Learning
tipe Jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar matematika di SDI Al-Azhaar
Tulungagung”. Dari penelitian yang sudah dilaksanakan, tujuan penelitian
tersebut antara lain : 1). Mendeskripsikan metode pembelajaran Cooperatif
Learning tipe Jigsaw, 2). Mendiskripsikan prestasi belajar siswa, 3).
Mengetahui respon siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : a). Dari hasil
evaluasi dapat diketahui bahwa ada peningkatan yang siknifikan pada rata-rata
hasil belajar, siswa dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu sebesar 5,05, b). Siswa
menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran Cooperatif Learning tipe
Jigsaw. Hal tersebut dapat dikethui dari hasil wawancara terhadap perwakilan
siswa kelas 5c serta hasil angket siswa.
3.
Penelitian
yang telah dilaksanakan oleh Catur Krisnawati, mahasiswi Program Studi S1 PGMI
IAIN Tulungagung dengan judul “Upaya meningkatkan prestasi dan aktifitas
belajar IPS melalui metode jigsaw bagi siswa kelas 5 MI Torikul Huda Kromasan
Ngunut Tulungagung Tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : a). Dari hasil evaluasi dapat diketahui bahwa ada peningkatan yang
siknifikan pada rata-rata hasil belajar, siswa dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu
sebesar 6,00.
4.
Penelitian
yang telah dilaksanakan oleh Dian Hidayatul Ummah, mahasiswi Program Studi S1
PGMI STAIN Tulungagung dengan judul “Penerapan model pembelajaran cooperatif
learning tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI
Podorejo Sumbergempol Tulungagung” menyatakn bahwa penerapan model pembelajaran
cooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
saat pre test, nilai rata-rata siswa sebanyak 63,70. Dilanjutkan pada siklus I,
nilai rata-rata siswa meningkat sehingga berjumlah 79,9, dan meningkat kembali
pada siklus ke 2 menjadi 86,66 dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
yang telah ditentukan, yakni 75 %.
Nama Penelitian dan Judul Penelitian
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Pamungkas
dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar IPA Menggunakan Metode
Pembelajaran Cooperatif Learning pada siswa kelas V SD Negeri
Tambakboyo.
|
1.
Sama-sama
dalam meningkatkan motivasi belajar.
2.
Sama-sama
menggunakan model
|
1.
Subjek
dan tempat yang diteliti berbeda.
|
Fita
Nuraisyah
dengan judul
“Penerapan metode pembelajaran Cooperatif Learning tipe Jigsaw untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika di SDI Al-Azhaar Tulungagung”
|
1.
Sama-sama
menggunakan model cooperatif learning tipe jigsaw.
|
1.
Subjek
dan tempat penelitian berbeda.
2.
Mata
pelajaran yang diteliti berbeda.
|
Catur
Krisnawati
dengan judul
“Upaya meningkatkan prestasi dan aktifitas belajar IPS melalui metode jigsaw
bagi siswa kelas 5 MI Torikul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Tahun
pelajaran 2010/2011.
|
1.
Sama-sama
menggunakan model cooperatif learning tipe jigsaw.
|
1.
Subjek
dan tempat penelitian berbeda.
2.
Mata
pelajaran yang diteliti berbeda.
|
Dian
Hidayatul Ummah dengan judul
“Penerapan model pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Podorejo Sumbergempol
Tulungagung”
|
1.
Sama-sama
menggunakan model cooperatif learning tipe jigsaw.
|
1.
Subjek
dan tempat penelitian berbeda.
|
Tabel 1.1 perbandingan penelitian
H.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan penelitian ini adalah “Jika model pembelajaran Cooperatif Learning
tipe Jigsaw diterapkan pada mata pelajaran IPA maka motivasi belajar
siswa kelas V semester II Tahun Ajaran 2015/2016 di MI Ma’dinul Ulum
Campurdarat Tulungagung akan meningkat”.
I.
Kerangka
Berfikir
Berdasarkan atas kajian teori disusunlah
kerangka berpikir sebagai berikut. Dalam suasana belajar mengajar di lapangan
pada lingkungan sekolah-sekolah sering kita jumpai beberapa masalah. Para siswa
memiliki sejumlah pengetahuan yang pada umumnya diterima dari guru sebagai
informasi dan mereka tidak dibiasakan untuk mencoba membangun pemahamannya
sendiri sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna dan cepat terlupakan.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam proses
pembelajaran IPA yaitu kurang aktifnya siswa saat pembelajaran berlangsung. Hal
ini disebabkan guru masih mennggunakan metode ceramah dan kurang kreatif dalam
menciptakan dan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Pembelajaran
seperti ini akan membuat suasana pembelajaran di kelas kurang menyenangkan
serta siswa menjadi bosan dan malas belajar.
Sebagai solusinya, maka peneliti melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw. Guru dapat memberikan
materi kepada siswa dengan model pembelajaran dan media yang menarik serta
dapat menciptakan situasi belajar yang kondusif dalam kelas. Dengan penerapan
pembelajaran tersebut diharapkan dapat tercipta interaksi belajar aktif.
Langkah-Langkah
Menggunakan Jigsaw antara lain :
1)
Siswa
dikelompokan sebanyak 4 sampai 6 orang sisiwa.
2)
Tiap
orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3)
Tiap
orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan.
4)
Anggota
dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5)
Setelah
selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan
bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6)
Siswa
dan guru menyimpulkan pembelajaran.
7)
Guru
memberi evaluasi & penutup.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan yang
sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Tujuan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini
“melekat” pada diri guru dalam penunaian misi profesional kependidikannya.
Sedangkan manfaatnya yang dapat dipetik jika guru mamu melaksanakan penelitian
tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain :[1]
a.
Inovasi
pembelajaran merupakan sebuah kegiatan penyampaian ilmu pengetahuan dari
seorang tenaga pendidik kepada para peserta didiknya.
b.
Pengembangan
kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas merupakan pengembangan program
pendidikan yang ada pada sekolah dan pengembangan perangkat mata pelajaran pada
kelas.
c.
Peningkatan
profesionalisme guru merupakan bagaimana cara guru untuk mengajar kepada
peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
B.
Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini terletak di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Campurdarat Tulungagung. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas
V di MI Ma’dinul Ulum Campurdarat. Peserta didik kelas V sebanyak 30 peserta
didik terdiri dari 20 peserta didik laki-laki dan 10 peserta didik perempuan.
Adapun dasar pemilihan subyek penelitian ini adalah berdasarkan pada aspek
perkembangan berpikir semakin luas dan dengan adanya model pembelajaran Cooperatif
Learning tipe jigsaw siswa akan semakin aktif dan dapat mencapai
hasil belajar yang memuaskan.
|
C.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ke-dua tahun pelajaran
2015/2016. Tepatnya dimulai pada tanggal 19 April 2016 sampai pada tanggal 17
Mei 2016.
D.
Sumber Data
Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan
akurat. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
a)
Sumber
data primer
Sumber
pertama dimana sebuah data dihasilkan. Informan dalam peneliti ini adalah siswa
kelas 5 semester II MI MA’DINUL ULUM Campurdarat Tulungagung. Siswa yang
diambil sebagai subjek wawancara adalah siswa yang tidak semangat, tidak
menyukai pelajaran IPA sehingga nilainya kurang, sebaga pertimbangan bahwa jika
siswa yang berkemampuan rendah dapat berhasil dengan pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw dan media
gambar, maka siswa yang memiliki kemampuan lebih akan lebih berhasil.
b)
Sumber
data sekunder
Sumber
yang tidak langsung memberikan data. Sumber data tersebut adalah data hasil
belajar yang dikumpulkan orang lain yaitu data pendukung dalam penelitian ini
Kepala Madrasah dan Administrasi MI MA’DINUL ULUM Campurdarat Tulungagung.
Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah : aktivitas,
tempat atau lokasi, dokumentasi atau arsip.
Sumber data primer dan sekunder diharapkan dapat berperan membantu
mengungkap data yang diharapkan. Terkait dengan penelitian ini yang akan
dijadikan sumber data adalah seluruh siswa kelas 5 MI MA’DINUL ULUM Campurdarat
Tulungagung, khususnya data tentang tanggapan mereka terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan dan data tentang hasil belajar siswa.
E.
Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data
a.
Observasi
Observasi adalah pengamatan, perhatian, atau pengawasan. Tehnik
pengumpulan data dengan observasi artinya mengumpulkan data atau jaringan data
dengan melakukan pengamatan terhadap subjek atau objek penelitian secara
seksama (cermat dan teliti) dan sistematis. Melakukan observasi dalam
pengumpulan data , bukanlah pekerjaan yang mudah. Unsur ketekunan, kesungguhan,
dan kecermatan sangat diperlukan, agar data yang diperoleh dapat lebih mudah
dipertanggungjawabkan kesahihannya.[2]
Beberapa
kebaikan dari data observasi ialah :
a) Merupakan alat langsung untuk menyelidiki bermacam gejala, banyak
aspek tingkah laku manusia yang hanya dapat diselidiki melalui observasi
langsung.
b) Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu
gejala.
c) Data yang diperoleh dari observasi mencakup berbagai aspek
kepribadian individu sehingga didalam pengolahannya tidak berat sebelah.[3] Adapun
instrumen observasi sebagaimana terlampir.
b.
Dokumentasi
Dokumentasi ,dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. [4]
Peneliti mengambil gambar foto siswa sebagai tehnik pengumpulan data dalam
dokumentasi ini. Adapun instrumen dokumentasi sebagaimana terlampir.
c.
Wawancara
Wawancara (interview) adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran secara mendalam
tentang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran ataupun kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa dalam pelajaran IPA.
Tujuan
wawancara adalah :
1)
Untuk
memperoleh informasi guna untuk menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu.
2)
Untuk
melengkapi penyelidikn ilmiyah.
3)
Untuk
memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.[5] Adapun
instrumen wawancara sebagaimana terlampir.
d.
Tes
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa yang dites. Tes
digunakan untuk mengukursejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran
yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan.[6]
Ada tes dengan pertanyaan yang disediakan pilihan jawaban ada juga
tes dengan pertanyaan tanpa pilihan jawaban (bersifat terbuka). Berdasarkan
jawaban yang diberikan ditentukan nilai masing-masing pertanyaan sehingga dapat
dipakai untuk mengukur karakteristik tertentu dari objek yang diteliti.[7]
Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana hasil
belajar siswa yang nantinya hasil tes tersebut akan diolah untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan model Cooperatif
Learning tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA.
1)
Pre
tes
Pada
umumnya proses pembelajaran diawali dengan pretes. Pemberian pretes ini
bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sebelum guru
mengajar dengan menggunakan jigsaw.[8]
2)
Tes
akhir tindakan siklus I
Pemberian tes
pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi
setelah guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw Tes akhir tindakan siklus II
Pemberian
tes pada tahapan ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah
pelaksanaan tindakan ke II, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari
pemberian tes pada tindakan I.
Untuk menghitung Tes diatas pada proses pembelajaan dengan
menggunakan percentage correction (penilaian dengan menggunakan persen).
Rumusnya
adalah :
S = R/N x 100
Keterangan :
S = Nilai yang dicapai
/ diharapkan
R = Jumlah skor dari
item / soal yang dijawab benar
N = Skor maksimal ideal
dari tes tersebut
Adapun
instrumen observasi sebagaimana terlampir.
e.
Catatan
Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan ini dimaksudkan
untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen pengumpulan data yang
ada. Dengan demikian diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam
kegiatan penelitian.
F.
Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan
rasional untuk menyajikan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun
jawaban masalah yang menjadi tujuan PTK. Aktifitas dalam analisi data, yaitu
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan / verifikasi data.[9]
Menurut Suprayogo, yang
dikutip oleh Ahmad
Tanzeh analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran dan verifikasi
data agar sebuah
fenomena memiliki nilai
social, akademis, dan ilmiah.[10]
Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini
berupa data hasil
tes, data hasil
observasi tentang proses pembelajaran, hasil
pengisian lembar observasi
untuk guru dan
siswa, fakta tambahan sebagai pertimbangan yang diperoleh
dari wawancara dengan siswa dan dari
foto saat tindakan berlangsung.
Pelaksanaan penelitian ini,
ada dua jenis
data yang dapat
dikumpulkan peneliti:[11]
1.
Data kuantitatif
(nilai hasil belajar
siswa) yang dapat
dianalisis secara
deskriptif. Dalam hal
ini peneliti menggunakan
analisis statistik deskriptif. Misalnya mencari nilai rata-rata,
persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain.
2.
Data
kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat yang
memberi gambaran tentang
ekspresi siswa tentang
tingkat pemahaman terhadap suatu
pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap model belajar yang
baru (afektif), aktivitas
siswa mengikuti pelajaran,
motivasi belajar dan sejenisnya.
Dalam hal ini
peneliti dapat menggunakan
analisis deskriptif kualitatif.
Analisis
data kuantitatif diambil dari tes atau penilaian hasil belajar yang
dilakukan dengan mencocokkan
kunci atau alternatif
jawaban yang benar
yang sesuai dengan konsep
dari bidang ilmu
yang bersesuaian. Kemudian disesuaikan dengan indicator keberhasilan
untuk mengambil kesimpulan. Analisis data kualitatif dilakukan oleh peneliti melalui
tiga tahap, yaitu :[12]
(langkah-langkahnya)
1)
Reduksi
data (Data Reduction)
Reduksi data
adalah proses penyederhanaan yang
dilakukan melalui seleksi,
pemfokusan, dan pengabstraksian data
mentah menjadi data
yang lebih bermakna. Mereduksi
data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting. Dengan
demikian data yang
telah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas,
dan mempermudah peneliti membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2)
Penyajian
data (Data Display)
Penyajian
data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara
menyususn secara narasi sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil
reduksi, sehingga dapat
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data
yang sudah terorganisir
ini dideskripsikan sehingga bermakna baik dalam bentuk narasi, grafis,
maupun tabel.
3)
Menarik
kesimpulam (Conclusing Drawing)
Penyimpulan adalah
proses pengambilan intisari
dari sajian data
yang telah terorganisasi dalam
bentuk pernyataan kalimat dan atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang
luas.[13]
Pada tahap
penyimpulan ini, data
yang diperoleh setelah
dianalisis kemudian diambil kesimpulan
apakah tujuan dari
pembelajaran sudah tercapai atau
belum. Jika belum, maka
dilakukan tindakan selanjutnya
dan jika sudah tercapai tujuan dari pembelajaran, maka
penelitian dihentikan.
G.
Tahap-tahap Penelitian
Berikut tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu:
Gambar 1: Alur PTK
Secara umum pelaksanaan
penelitian akan dilakukan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus aktivitas
penelitian dilakukan melalui prosedur PTK, yakni berupa kegiatan (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan/observasi, dan
(4) refleksi.[14]
1)
Perencanaan Tindakan
Tahap
ini dibuat sesuai dengan observasi dan pemberian tes awal untuk menempuh acuan
dalam perencanaan kegiatan peneliti bersama guru yang akan merancang dan
menyusun pembelajaran tindakan tentang materi tanah yang diberikan pada siswa
kelas V MI Darul Huda melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Menganalisis
komponen dan isi butir pembelajaran sebagaimana tertuang dalam kurikulum
(analisis pengembangan materi)
b)
Menelaah
isi buku paket IPA yang ada
c)
Menyiapkan
perangkat pembelajaran: RPP, soal-soal latihan, membuat lembar tugas kelompok
dan lembar pengamatan
d) Menyiapkan media yang akan digunakan
e)
Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan pada
saat pelaksanaan tindakan di kelas
f)
Menyusun evaluasi berupa tes
g)
Menemui guru kelas untuk mengkoordinasi program
kerja dalam pelaksanaan tindakan.
2)
Tahap pelaksanaan tindakan (action)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif atau
belajar berkelompok dengan menggunakan model Two Stay Two Stray mata
pelajaran IPA sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan
sebelumnya, serta memberikan pre tes dan post tes untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik.
3)
Pengamatan/Observasi
Kegiatan observasi adalah mengamati aktivitas Peserta
didik dan peneliti selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peneliti
dibantu oleh satu guru IPA kelas V MI Darul Huda dan teman sejawat mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan pemberian tindakan
kegiatan guru dan kegiatan tiap kelompok menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
4)
Tahap refleksi
Pelaksanaan kegiatan refleksi, peneliti berdiskusi
dengan pengamat untuk mencari hal-hal yang terjadi sebelum dan selama tindakan
berlangsung dengan cara menganalisis, memahami, menjelaskan dan menyimpulkan
data-data. Yang mana data tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan, tes,
catatan lapangan dan wawancara dengan subyek penelitian agar dapat diambil
penelitian dalam merencanakan tindakan berikutnya. Jika telah sukses maka
siklus tindakan berhenti, tetapi jika belum peneliti mengulang siklus tindakan
tersebut dengan merevisi kembali perencanaannya.[15]
[1] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas
, (Bandung : CV Yrama Widya, 2009) hal 12-18
[2] Supardi, Metodologi
Penelitian Ekonomi Dan Bisnis, (Yogyakarta: UII Press, 2005) hlm 136-138
[3] Sukanda
Rumidi, Metodologi Penelitian ,
(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2002), hal. 77-78
[4] Suharsini
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta :Rineka
Cipta, 2010) hlm 201-201
[5] Cholid Narbuko Dan Abu Achmadi, Metodologi
Penelitian, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010) hal 83-86
[6] Asrop Safi’i, Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Surabaya : Elkaf, 2005) hlm 152
[7] Ahmad Tanzeh, Metode
Penelitian Praktik, (Yogyakarta : Teras, 2011) hlm 91
[8] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006) hal 100
[9] Siswono, Mengajar dan Meneliti,... hlm
28
[10] Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian,
(Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 69
[11] Suharsimi Arikunto, et. all., Penelitian Tindakan..., hal. 131
[12] Tatang Yuli
Eko Siswono, Mengajar dan Meneliti: Panduan Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan
Calon Guru, (Surabaya; UNESA University Press, 2008), hal.29
[13]
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.249
[14] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung:
Ytama Widya, 2006), hal 22
[15] Ibid…, hal
23
[1] Hamruni, Strategi
Pembelajaran, (Bandung : Insan Madani, 2012), hal 6
[2] Ari, Pengertian
dan Ciri-Ciri Model , (Ariplie.blogspot.com), diakses pada tanggal 22 Desember
2015 pukul 16.29
[3]
Aji , Model
Pembelajaran, (www.kajianteori.com ) diakses pada tanggal 22 desember 2015
pukul 16.29
[4] Etin
Sholihatin dan Raharja, Cooperatif Learning, ( Jakarta:PT Bumi Aksara,
2009) hal 4
[5] Moh. Arif, Konsep Dasar Pembelajaran Sains , (Tulungagung :
IAIN Tulungagung Press, 2014) hal 157-158
[6] Buchari Alma, Guru
Profesional, (Bandung : Alfabeta, 2009) hal 83-85
[7] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Prenada Media Grup,
2010) hal 246-247
[8] Buchari Alma, Guru Profesional,... hal
93
[9] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,
(Bandung : CV Pustaka Setia, ) hal 92
[10] Edo , Efektifitas Model Cooperatif
Learning, (repository.uksw.edu) diakses pada tanggal 22 desember 2015 pukul
17.48
[11] Intan , Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dalam Pembelajaran Ipa Kelas IV SD,
(http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/elementary/article/) diakses pada
tanggal 17 Desember 2015 pukul 16.33
[12] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006) hal 114-115
[13] S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar , (Jakarta
: PT Bumi Aksara, 2012) hal 76-77
[15] Ibid... hal 17
[1] E.mulyasa, Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 17
[2] Didi Supriadi
dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal 1
[3] Andi Prastowo,
Pengembangan Bahan Ajar Tematik , (Jogjakarta : DIVA Press, 2013) hal
57-58
[4] Oemar Hamalik , Proses Belajar Mengajar,
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013) hal 124
[5] Daryanto, Media
Pembelajara , (Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera,2012) hal. 29
[6] Dewi Tureni, Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV SD Inpres 2 Ambesia Kecamatan Tomini, (http://jurnal.untad.ac.id/...JKTO/article/download/3516/2535) diakses pada
tanggal 18 Desember 2015 pukul 11.00
[7] Hasil
Observasi Pribadi Di Kelas V MI MA’DINUL Ulum Campurdarat Tulungagung pada
tanggal 3 Maret 2016
[8] Hasil Wawancara
dengan Bapak Mastur, guru IPA kelas V MI MA’DINUL Ulum Campurdarat Tulungagung pada tanggal 3 Maret 2016
[9] Dokumen nilai
test ulangan harian Peserta Didik kelas V MI MA’DINUL Ulum Campurdarat
Tulungagung pada tanggal 3 Maret 2016
Artikel ini keren seperti yang saya cari. Ada beberapa hal yang membantu study saya dalam riset pasar. Terima kasih admin
BalasHapusAlhamdulillah, semoga bermanfaat..
Hapus