Selasa, 28 Februari 2017

MAKALAH MANAGEMEN PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Managemen berbasis sekolah (MBS) adalah terobosan dinamis dan progesif dalam mengembangkan kualits sekolah menuju sekolah unggul. Dengan MBS, diharapkan terjadi demokratisasi, partisipasi, dan aktualisasi dari seluruh elemen pendidikan. Kepemimpinan berjalan secara demokratis, pengambilan keputusan berjalan secara kolektif-kolegial, dan keterlibatan semua elemen dalam pelaksanaan program berjalan secara maksimal.
Dengan aplikasi MBS ini, komite sekolah diharapkan memainkan perannya dengan aktif, memberikan ide-ide, kritik, masukan, dan penilaian secara objektif dan akuntabel. Komite sekolah dapat memosisikan dirinya sebagai aspirator dan katalisator masyarakat dan wali murid kepada pihak sekolah.
Lebih dari itu, kreatifitas dan inovasi yang menjadi penyangga kesuksesan dan kecemerlangan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Spirit kedua hal tersebut saat ini semakin hilang di sekolah mengingat kerja-kerja dan prosedural formal yang kerap kali menghegemoni kreativitas dan inovasi yang memerlukan ruang bebas berpikir dan berkreasi. Maka dari pemaparan di atas MBS sangatlah penting, untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan tentang sejarah MBS, konsep dasar MBS, karakteristik MBS, tujuan MBS, alasan MBS diterapkan di Indonesia, implementasi MBS di Indonesia.











Rounded Rectangle: 1




 
 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu:
1.      Bagaimanakah sejarah Managemen Berbasis Sekolah?
2.      Bagaimana konsep dasar MBS?
3.      Bagaimana karakteristik dari MBS?
4.      Apakah tujuan MBS?
5.      Apa alasan MBS diterapkan di Indonesia?
6.      Bagaimana implementasi MBS di Indonesia?

C.    Tujuan
Dalam penulisan makalah ini sebagaimana masalah yang telah penulis rumuskan, penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1.      Untuk memaparkan sejarah Managemen Berbasis Sekolah.
2.      Untuk memaparkan konsep dasar MBS.
3.      Untuk memaparkan karakteristik dari MBS.
4.      Untuk memaparkan tujuan MBS.
5.      Untuk memaparkan alasan MBS diterapkan di Indonesia.
6.      Untuk memaparkan implementasi MBS di Indonesia.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Managemen Berbasis Sekolah
Latar belakang munculnya MBS pertama kali di Negara Amerika, dimana masyarakat merasakan kurangnya relevansi dan hubungan hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan. Hal tersebut diakibatkan kinerja sekolah tidak sesuai dengan tuntutan yang diperlukan siswa untuk terjun ke dunia kerja, sekolah dianggap tidak mamapu memberikan hasil dalam konteks kehidupan ekonomi kompetitif secara global. Hal tersebut diindikasikan dengan prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu yang belum memuaskan. Berdasarkan hal tersbut pemerintah mengantisipasi untuk melakukan upaya perubahan manajemen sekolah. Upaya yang dilakukan adalah membangun suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemampuan dasar (basic skill) bagi siswa. Sehingga muncullah suatu konsep pengelolaan sekolah melalui konsep MBS (School Based Management).
MBS dapat diartikan sebagai pengalihan dalam pengambilan keputusan dari tingkat pusat sampai ke tingkat sekolah. Maksudnya Sekolah diberikan kewenangan (Otonomi) untuk pengambilan keputusan dalam pemberdayaan sumber-sumber sehingga sekolah mampu secara mandiri menggali, mengalokasikan , menentukan prioritas, memanfaatkan, mengendalikan dan mempertangungjawabkan kepada setiap yang berkepentingan (stakeholder). MBS pada prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu kepada sekolah dan masyarakat, menghindarkan format sentralisasi dan birokratisasi yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi manajemen sekolah.[1]
 Keuntungan yang diperoleh sekolah dengan adanya MBS adalah :
a. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada siswa, orang tua, dan guru.
3
 
b. Memanfaatkan sumber daya loka1
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik (kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah).
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, perubahan perencanaan.

Aspek-aspek yang dapat menciptakan efektivitas program MBS dalam meningkatkan kinerja sekolah menurut adalah aspek :
1. Kemampuan/pengetahuan
2. Informasi
3. Imbalan yang memadai
Secara teoritis, MBS merupakan sistem pengelolaan persekolahan yang memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada institusi sekolah untuk mengatur kehidupan sekolah sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Dalam MBS, sekolah merupakan institusi yang memiliki “full authority and responsibility” untuk secara mandiri menetapkan program-program pendidikan (kurikulum) dan berbagai kebijakan lokal sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh sekolah (Mohrman and Wohlsettter, 1994; Calwell and Spinks, 1988). Berdasarkan visi, misi, dan tujuan pendidikan tersebut, sekolah menetapkan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang tersedia dan dapat digali di sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Dalam sistem MBS, semua kebijakan diprogram sekolah ditetapkan oleh suatu dewan sekolah yang disebut “Scholl Board atau School Council”. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari para anggota yang terdiri dari pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, guru-guru, perwakilan orang tua siswa, tokoh masyarakat, dan pejabat daerah dimana sekolah itu berada. Dewan sekolah inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan
yang berlaku di negara bagian atau daerah dimana sekolah itu berada. Selanjutnya, dewan sekolah ini merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai impliksainya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
Secara praktis, pelaksanaan MBS di negara-negara maju bervariasi dari satu sekolah dengan sekolah lainnya. Hal ini tergantung dari kebijakan negara dalam pengelolaan sistem pendidikan yang diterapkan di negara masing-masing. Di Quesland, Australia, misalnya,
MBS dikembangkan dengan mempadukan kebijakan pendidikan negara bagian dengan aspirasi dan partisipasi masyarakat setempat. Upaya mempadukan kedua unsur tersebut dihimpun dan dibicarakan secara terbuka melalui wahana yang disebut “School Council” dan “Parent and Community Association”.[2]
Dengan konsep-konsep yang dicobakan ini harapan akhir yang selama ini selalu menjadi pembicaran banyak orang, bahwa pendidikan kita pada masa yang akan datang akan setara dengan pendidikan yang diselenggarakan oleh negara lain, dan memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan kehidupan kebangsaan Indonesia.
B.     Konsep Dasar MBS
1.      Manajemen sekolah
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secra optimal, efektif, dan efesien. Konsep tersebut berlaku disekolah yang memerlukan manajemen yang efektif dan efesien.
      Untuk itu perlu fungsi-fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Dalam prakteknya keempat fungsi tersebut merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Keempat fungsi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a.       Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukanpada waktu yang akan datang.
b.      Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Dalam pelaksanaan, setiap organisasi harus memiliki kekuatan yag mantap dan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka proses pendidikan seperti yang diinginkan sulit terealisasi.
c.       Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara petunjuk, pembinaan, sistematis, dan berkesinambungan., merekam, memberi penjelasan,  petunjuk, pembinaan, dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat , serta memperbaiki kesalahan.
d.      Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga renca untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efesien.
e.       Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efesien menuntut dilaksanakannya keempat fungsi pokok manajemen tersebut secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan.
f.       Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan karena tidak hanya berkaitan denagn permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang sangat rumit dan kompleks, baik yang menyangkut perencanaan, maupun efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan sistem sekolah.
  1. Manajemen Bebasis Sekolah
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “ school- based manajemen” . istilah ini pertama kali muncul di Amerika serikat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.
MBS merupakan alah satu wujud dari reformasi pendidikan yangmenawarkan kepada sekolaah untuk menyediakan pendidika yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.
Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung ke kelompok –kelompok yang terkait, dan meningkatkan kefahaman masyarakat terhadap pendidikan.
  1. Tujuan MBS
Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam menguasai ilmu teknologi , yang dinyatakan dalam GBHN. Hal tersebut diharpakan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro,meso maupun mikro.
  1. Manfaat MBS
MBS memberikan kebebasan kekuasaan yang besar kepada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta didik, dan masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan.
  1. Faktor-Faktor yang perlu diperhatikan
BPPN bekerja sama dengan Bank Dunia telah mengkaji beberapa faktor yang perlu diperhatikan sehubungan dengan manajemen berbasis sekalah. Yang pertama yaitu : kewajiban sekolah, kebijakan dan prioritas pemerintah, peranan orang tua dan masyarakat, peranan profesionalisme dan manajerial.
  1. Karakteristik MBS
Bisa diketahaui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan-pengelolaan sumber daya dan administrasi.
Manajemen berbasis sekolah dapaat diartikan sebagai wujud dari “reformasi pendidikan” yang menginginkan adanya perubaahan dari kondisi yang kuaraang baik menuju kondisi yang lebih baik. Dengan memberikan kewenangan kepada sekolah untuk memberdayakan dirinya. [3]


  1. MBS sebagai proses pemberdaya
Pemberdayaan telah merambah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan, antara lain dikeluarkanya kebijakan MBS sebagai paradigma baru manajemen pendidikan.
Ciri proses pemberdayaan meliputi,:
1.      Penyusunan kelompok kecil
2.      Pengalihan tanggung jawab
3.      Pimpinan oleh para partisipan
4.      Guru sebagai fasilitator
5.      Proses bersifat demokratis dan hubungan kerja yang luwes
6.      Merupakan integrasi antara refleksi dan aksi
7.      Metode yang mendorong kepercayaan diri
8.      Meningkatkan derajat kemandirian sosial, ekonomi dan politik. [4]
C.    Karakteristik dari MBS
MBS yang ditawarkan sebagai bentuk operasional desentralisasi pendidikan dalam konteks ekomoni daerah akan memeberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja sekolah, dengan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.
Karena peserta didik biasanya datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian sekolah harus ditujukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Di sisi lain, sekolah juga harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.
Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerjanya, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system administrasi secara keseluruhan. Selain itu, berdasarkan pelaksanaan di negara maju mengemukakan bahwa karakteristik MBS adalah pemberian otonomi yang luas kepada sekolah, partisipasi wali murid atau orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesioanal, serta adanya team work yang tinggi dan profesional.[5]
1.    Pemberian Otonomi Luas Kepala Sekolah
MBS memberikan otonomi luas kepada sekolah, disertai perangkat tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat. Dalam konteks ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan, diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan program-program krikulum dan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
2.    Partisipasi Wali Murid atau Orang Tua
Dalam MBS pelaksanaan program-program sekolah didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkat program-program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah.
3.    Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Dalam MBS pelaksaan program-program sekolah didukung adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana inti program sekolah merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Sedangkan kepala sekolah merupakan manager pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.
4.    Team-work yang Kompak dan Transparan
Dalam MBS keberhasilan program-program sekolah didukung oleh kinerja team-work yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di sekolah. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan status “sekolah yang dapat dibanggakan” oleh semua pihak.[6]

D.    Tujuan MBS
Tujuan adanya MBS menurut Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara memberdayakan seluruh potensi sekolah dan stakeholder-nya sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan menerapkan kaidah-kaidah managemen pendidikan atau sekolah profesional.
Tujuan penerapan MBS adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya manusia, guru maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan secara umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatnya pengetahuan dan keterampilannya, melainkan meningkatkan kesejahteraannya.
Tujuan MBS yang lain yaitu dapat meningkatkan keunggulan sekolah melalui pengambilan keputusan bersama. Fokus kajiannya adalah bagaimna memberikan pelayanan belajar yang sesuai dengan harapan orang tua siswa serta harapan sekolah dalam membangun keunggulan kompetitif dengan sekoah sejenis.[7]
E.     Alasan MBS diterapkan di Indonesia
     Alasan Implementasi MBS di Indonesia adalah :[8]
1.      Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, sekolah akan lebih mempunyai inisiatif dan kreativitas dalam meningkatkan mutu sekolah
2.      Denga pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber dayanya, maka sekolah diharapkan lebih luwes dan lincah galam mengadakan dan memanfaatkan sumberdayanya secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah.
3.      Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga personil sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya
4.      Sekolah lebih mengetaui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan  dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
5.      Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah  karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
6.      Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat
7.      Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparan dan demokrasi yang sehat.
8.      Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing – masing, kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga diharapkan sekolah berupaya semaksimal mungkin melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan ,
9.      Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah – sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya – upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
10.  Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.



F.     Implementasi MBS di Indonesia
Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah dikembangkan menjadi lembaga pendidikan yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju, dan berkembang berdasarkan kebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang ditetapkan pemerintah pusat.
Untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa Kepala Sekolah harus ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim yang kondusif. Kepala sekolah juga dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran, dengan melakukan supervise kelas, membina, dan memberikan saran – saran positif kepada guru. Disamping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat – kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.
Sehubungan dengan uraian diatas, implementsi manajemen berbasis sekolah di Indonesia perlu didukung oleh perubahan  mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah, dengan memperhatikan iklim sekolah yang kondusif, otonomi sekolah, kewajiban sekolah, kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan professional, serta partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik dalam perencanakan, pengorganisasian, pelaksanaan pengawasan pendidikan di sekolah.[9]
1.      Iklim sekolah yang kondusif
Pelaksanaan MBS perlu didukung oleh iklim sekolah yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning).iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do),menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis( learning to live together).
2.      Otonomi Sekolah
Dalam MBS, kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta system evaluasinya harus didesentralisasikan ke sekolah, agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel.Pemerintah Pusat, dalam hal ini Depdiknas, hanya menetapkan standar nasional, yang pengembangannya diserahkan kepada sekolah. Dengan demikian, yang pengembangannya diserahkan kepada sekolah. Dengan demikian, desentralisasi kebijakan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta system evaluasinya merupakan prasyarat untuk mengimplementasikan MBS.
3.      Kewajiban Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru, dan pengelola system pendidikan professional. Oleh karena itu, pelaksanaanya perlu disertai seperangkat kewajiban, serta monitoring dan tuntutan pertanggung jawaban (akuntabel) yang relative tinggi, untuk menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat sekolah. Dengan demikian, sekolah dituntut mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secara transparan, demokratis, tanpa monopoli, dan bertanggung jawab baik terhadap masyarakat maupun pemerintah, dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan terhadap peserta didik.
4.      Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Demokratis dan Profesional
Pelaksanaan MBS menuntut kepemimpinan kepala sekolah professional yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan visi menjadi aksi, serta demokratis dan transparan dalam berbagai pengambilan keputusan. Dalam implementasi MBS, kepala sekolah merupakan “the key person” keberhasilan peningakatan kualitas pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan professional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Sehingga kepala sekolah harus mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator pendidikan (EMASLIM).
5.      Partisipasi Aktif Masyarakat dan Orang Tua
Dalam implementasi MBS, keterlibatan aktif berbagai kelompok masyarakat dan pihak orang tua dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan program – program pendidikan di sekolah merupakan sesuatu yang sangat diperlukan.Masyarakat dan orang tua harus disadarkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, dan sekolah merupakan lembaga pendidikan yang perlu dukungan oleh semua pihak. 
      Dalam mengimplementsikan MBS di sekolah – sekolah ada beberapa asumsi yang dapat dijadikan pijakan untuk meningkatkan efektivitasnya.[10]
1.      Sekolah adalah unit utama sebagai target perubahan
2.      Orang – orang yang bekerja secara langsung dengan siswa mempunyai penguasaan informasi dan opini yang kredibel dan memahami untuk apa penataan pendidikan dan apakan hal itu akan bermanfaat atau menguntungkan bagi siswa.
3.      Perbaikan dan penyelesaian persoalan sekolah secara signifikan didasari atas ukuran waktu tertentu
4.      Sekolah menempati posisi paling strategis untuk pemberlanjutan usaha – usaha perbaikan dirinya sepanjang masa.
5.      Kepala sekolah adalah figure kunci (key figure) di dalam kegiatan perbaikan sekolah.
6.      Perubahan yang signifikan dicapai atas adanya staf dan partisipasi masyarakat di dalam perencanaan dan implementasi proyek.
7.      MBS mendukung profesionalisasi profesi pengajaran, karenanya akan menjadi wahana menciptakan sosok sekolah dengan keluaran yang dikehendaki.
8.      Struktur MBS, yang menjaga focus tugas persekolahan dan produk pencapaian lainnya.
9.      Pencerahan atas anggaran dan prioritas pembelajaran meningkat dibawah MBS.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
A.    Latar belakang munculnya MBS pertama kali di Negara Amerika, dimana masyarakat merasakan kurangnya relevansi dan hubungan hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan. Hal tersebut diakibatkan kinerja sekolah tidak sesuai dengan tuntutan yang diperlukan siswa untuk terjun ke dunia kerja, sekolah dianggap tidak mamapu memberikan hasil dalam konteks kehidupan ekonomi kompetitif secara global. Hal tersebut diindikasikan dengan prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu yang belum memuaskan. Berdasarkan hal tersbut pemerintah mengantisipasi untuk melakukan upaya perubahan manajemen sekolah. Upaya yang dilakukan adalah membangun suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemampuan dasar (basic skill) bagi siswa. Sehingga muncullah suatu konsep pengelolaan sekolah melalui konsep MBS (School Based Management).
B.     Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secra optimal, efektif, dan efesien. Konsep tersebut berlaku disekolah yang memerlukan manajemen yang efektif dan efesien.
C.     Berdasarkan pelaksanaan di negara maju mengemukakan bahwa karakteristik MBS adalah pemberian otonomi yang luas kepada sekolah, partisipasi wali murid atau orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesioanal, serta adanya team work yang tinggi dan profesional.
D.   
16
 
Tujuan MBS yaitu dapat meningkatkan keunggulan sekolah melalui pengambilan keputusan bersama. Fokus kajiannya adalah bagaimna memberikan pelayanan belajar yang sesuai dengan harapan orang tua siswa serta harapan sekolah dalam membangun keunggulan kompetitif dengan sekoah sejenis.
E.     Alasan Implementasi MBS di Indonesia adalah :
a.       Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, sekolah akan lebih mempunyai inisiatif dan kreativitas dalam meningkatkan mutu sekolah
b.      Denga pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber dayanya.
c.       Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga personil sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya
d.      Sekolah lebih mengetaui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan  dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
e.       Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah  karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
f.       Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat
g.      Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparan dan demokrasi yang sehat.
h.      Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing – masing, kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga diharapkan sekolah berupaya semaksimal mungkin melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan ,
i.        Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah – sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya – upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
j.        Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.
F.      Implementsi manajemen berbasis sekolah di Indonesia perlu didukung oleh perubahan  mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah, dengan memperhatikan iklim sekolah yang kondusif, otonomi sekolah, kewajiban sekolah, kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan professional, serta partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik dalam perencanakan, pengorganisasian, pelaksanaan pengawasan pendidikan di sekolah






















DAFTAR RUJUKAN

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012.  Tips Aplikasi Managemen Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press
Fattah Nanang. 2003. kOnsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Hadiyanto.2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan  di Indonesia.Jakarta : Rineka Cipta
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda Karya
Sudarwan Danim.2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Anonym, Manajemen Berbasis Sekolah. (http://www.Manajamen.berbasis-sekolah ,pdf html)

Wahidin, Dadan. Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ). (http://makalahkumakalahmu.net/2009/05/15/manajemen-berbasis-sekolah-mbs/)


19
 
 


[1] Anonym, Manajemen Berbasis Sekolah. (http://www.Manajamen.berbasis-sekolah ,pdf html) diakses pada 09 april 2016 
[2] Wahidin, Dadan. Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ). (http://makalahkumakalahmu.net/2009/05/15/manajemen-berbasis-sekolah-mbs/)  diakses pada  02 April 2016
[3] Nanang Fattah, Konsep Manajamen Bebasis Sekolah dan Dewan Sekolah. ( Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2003). Hal.13
[4] E. Mulyasa, Manajemen Bebasis Sekolah, ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004). Hal 34-35
[5] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2007) hal 35-36
[6]  Ibid... hal 37-38
[7] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Aplikasi Managemen Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) hal 48
                [8] Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan  di Indonesia , (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) hal. 71
                [9] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional …………………. hal. 39
[10] Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar