BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
memahami kandungan ayat-ayat Al- Qur’an
diperlukan pengetahuan tentang latar
belakang turunya ayat-ayat Al Qur’an, atau yang sering disebut dengan asbabun
nuzul . Asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya suatu ayat, Asbabun nuzul dapat
membantu kita untuk lebih memahami makna dan kandungan ayat tersebut, serta
akan terlepas dari keraguan- keraguan dalam menafsirkannya. Pada surat Al
Qodar, Al Maun, Al kafirun, Al fil, dan surat Al ashr juga terdapat asbabun
nuzul yang mendasari turunnya ayat-ayat tersebut. Selain itu juga terdapat
kandungan isi dari surat- surat tersebut. Dalam makalah ini penulis juga akan
memaparkan hadist tentang hormat kepada orang tua.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa isi kandungan surat Al Qadr?
2. Apa isi kandungan surat Al Ma’un?
3. Apa isi kandungan surat Al Kafirun?
4. Apa isi kandungan surat Al Fiil?
5. Apa isi kandungan surat Al Ashr?
6. Bagaimana isi hadis tentang hormat kepada orang tua?
C. Tujuan
1. Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Qadr.
2. Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Ma’un.
3. Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Kafirun.
4. Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Fiil.
5. Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Ashr.
6. Untuk memaparkan isi hadis tentang hormat kepada orang tua.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Surat Al Qadr
Surah Al-Qadr (bahasa Arab:الْقَدْرِ) adalah surah ke-97 dalam Al-Qur'an
yang terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah.
Surah ini diturunkan setelah surah 'Abasa
dan dinamai Al-Qadr (Kemuliaan) yang diambil dari kata Al-Qadr yang terdapat
pada ayat pertama surah ini.[1]
a.
Lafadz dan Terjemah
Oó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ !$tBur y71u÷r& $tB ä's#øs9 Íôs)ø9$# ÇËÈ ä's#øs9 Íôs)ø9$# ×öy{ ô`ÏiB É#ø9r& 9öky ÇÌÈ ãA¨t\s? èps3Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur $pkÏù ÈbøÎ*Î/ NÍkÍh5u `ÏiB Èe@ä. 9öDr& ÇÍÈ íO»n=y }Ïd 4Ó®Lym Æìn=ôÜtB Ìôfxÿø9$# ÇÎÈ
1. Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].
2. dan tahukah
kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4.
pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan.
5. malam itu
(penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
[1593] Malam
kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu
malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya
Al Quran.
b. Asbabun Nuzul Surat Al Qadr
Asbabun
Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Qur’an) di atas adalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang
fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum
muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS.
Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik
daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu. (Diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di
kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari
hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu
dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr :
1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal
seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir).
Para sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani
Israel tersebut selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan
berjihad kepada Allah karena sejak lahir dia sudah berada di atas agama yang
lurus. Sedang para sahabat karena ajaran Islam baru disyiarkan Nabi, banyak
yang masuk Islam pada umur 40 tahun atau lebih. Sehingga sisa waktu mereka
hanya 20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi ibadah lelaki dari Bani Israel
tersebut.
Karena itulah turun ayat di atas. Jika ummat
islam beribadah pada malam tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000
bulan. Karena itu perbanyaklah shalat, dzikir, doa, membaca Al Qur’an,
bersedekah, dan berjihad di jalan Allah pada malam Lailatul Qadar.
b.
Kandungan
Isi Surat Al Qadr
Pokok-pokok isi
kandungan surat Al-Qadr antara lain:
- al quran mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad pada malam lailatul qodar (17 Romadlon). Bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M yang disebut dengan malam Nuzulul Quran. Wahyu pertama yang diturunkan adalah surah al alaq ayat 1-5 sewaktu beliau di gua hira. Surah yang terahir turun adalah surah almaidah ayat 3 saat beliau wukuf di Arafah melakukan haji Wada (9 Dzulhijjah ke 10 H)
- Malam lailatul qodar lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan. Rosulullah menghimbau umatnya agar mencarinya pada sepuluh terahir bulan Ramadlon terutama pada malam ganjil yaitu tanggal 21,23,25,27,29 Ramadlon. Perkataan seribu bulan menurut sebagian ahli hikmah menunjukkan pada arti yang banyak, hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah yang artinya: "masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun." (QS. AlBaqarah: 96)
- Pada malam lailatul qadar para malaikat dan ruh Jibril turun ke bumi dengan izin tuhannya untuk menyampaikan pondasi hidup dan mengatur urusan yang berlaku sampai dengan tahun mendatang.
- lailatul qadar merupakan malam yang penuh kesejahteraan, kebaikan dan berkah lailatul qodar yaitu berakhir sampai terbitnya fajar sadiq sebagai tanda datangnya subuh[2]
B.
Surat Al Ma’un
Surah Al-Ma'un
(bahasa Arab:الْمَاعُونَ,
"Barang-Barang Yang Berguna") adalah surah ke-107 dalam al-Qur'an. Surah ini
tergolong surah Makkiyah dan terdiri
atas 7 ayat. Kata Al Maa'uun sendiri berarti barang-barang yang berguna,
diambil dari ayat ke-7 dari surat ini. Pokok isi surat menceritakan ancaman
terhadap mereka yang tergolong mendustakan agama yakni mereka yang menghardik
anak yatim, tidak
menolong fakir miskin, riya'(ingin dipuji sesama manusia) dalam salatnya, serta enggan
menolong dengan barang-barang yang berguna.[3]
a.
Lafadz dan Terjemah
Oó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
|M÷uäur& Ï%©!$# Ü>Éjs3ã ÉúïÏe$!$$Î/ ÇÊÈ Ï9ºxsù Ï%©!$# íßt zOÏKuø9$# ÇËÈ wur Ùçts 4n?tã ÏQ$yèsÛ ÈûüÅ3ó¡ÏJø9$# ÇÌÈ ×@÷uqsù ú,Íj#|ÁßJù=Ïj9 ÇÍÈ tûïÏ%©!$# öNèd `tã öNÍkÍEx|¹ tbqèd$y ÇÎÈ tûïÏ%©!$# öNèd crâä!#tã ÇÏÈ tbqãèuZôJtur tbqãã$yJø9$# ÇÐÈ
1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna[1604].
[1603] Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk
mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di
masyarakat.
[1604] Sebagian mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat.
b.
Asbabun Nuzul Surat Al Maun
Dalam riwayat
disebutkan bahwa ayat 4 - 7 diatas turun berkenaan dengan kaum munafiqin yang
mempertontonkan sholatnya kepada kaum mu'minin alias pamer dan mereka
meninggalkan sholat tatkalah tidak ada yang melihat. Merekapun menolak untuk
memberi pertolongan atau pinjaman. Ayat tersebut di atas turun sebagai
peringatan kepada orang-orang yang berbuat seperti itu. (riwayat Ibnul Mundzir
dari Tharif bin Abi Thalhah yang bersumber dari Ibnu Abbas. )[4]
c.
Kandungan Isi Surat Al Maun
1.
Kandungan
surat al ma’un(barang barang yang berguna)
2.
Tahukah
kamu orang yang mendustakan agama
3.
Yaitu orang
orang yang menghardik anak yatim
4.
Dan tidak
memberi makan orang orang miskin
5.
Maka
celakalah bagi orang yang shalat
6.
Yaitu
orang orang yang lalai dari sholatnya(maksudnya orang yang selalu mempeolor
waktu atau tidak menghargai shalat sehingga ketinggalan shalatnya)
7.
Orang
orang yang berbuat riya
8.
Dan enggan
menolong dengan barang yang berguna (maksudnya adalah tidak mau
zakat/menaggalkan sedikit harta benda[5]
C. Surat Al
Kafirun
Surat Al Kafirun adalah surat ke 109
dalam Al Quran. Surat ini terdapat 6 ayat dan termasuk surat Makkiyah. Nama Al
Kafirun (orang-orang kafir) diambil dari kata yang muncul pada ayat pertama
surat ini. Pokok isi surat ni adalah tidak diijinkannya kompromi dalam bentuk
mencampradukkan agama.[6]
a.
Lafadz dan Terjemah
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ
Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
ö@è% $pkr'¯»t crãÏÿ»x6ø9$# ÇÊÈ
Iw ßç6ôãr& $tB tbrßç7÷ès? ÇËÈ
(2) Aku tidak menyembah apa yang kau sembah.
Iwur óOçFRr& tbrßÎ7»tã !$tB ßç7ôãr& ÇÌÈ
(3) Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Iwur O$tRr& ÓÎ/%tæ $¨B ÷Lnt6tã ÇÍÈ
(4) Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Iwur óOçFRr& tbrßÎ7»tã !$tB ßç6ôãr& ÇÎÈ
(5) Dan kamu tidak pernah pula menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah.
ö/ä3s9 ö/ä3ãYÏ uÍ<ur ÈûïÏ ÇÏÈ
(6) Untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku.[7]
b. Arti Kata-Kata Surat Al-Kafirun Ayat
1-6[8]
Terjemahan
|
Kalimat
|
Katakanlah
|
|
Wahai
|
|
Orang-orang kafir
|
|
Tidak
|
|
Aku menyembah
|
|
Apa
|
|
Kamu sembah
|
|
Dan tidak
|
|
Kamu
|
|
Menyembah
|
|
Aku
|
|
Menjadi penyembah
|
|
Kamu sembah
|
|
Bagi kalian
|
|
Agamamu
|
|
Dan bagiku
|
|
Agamaku
|
c.
Kandungan Surat Al-Kafirun Ayat 1-6
1.
Surat
Al-Kafirun disebut sebagai "Al-Muqasyqisyah" atau penyembuh karena
kandungannya
menyembuhkan dan menghilangkan kemusyrikan.
2.
Umat
Islam menolak usul kaum kafir untuk penyatuan ajaran agama dalam rangka
mencapai kompromi.
3.
Mengajak
masing-masing untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan tanpa bersikap
saling
mengganggu.
4.
Ajakan
kaum kafir tidak logis karena setiap ajaran pokok suatu agama beserta
perinciannya pasti berbeda.
5.
Rasulullah
saw. tidak akan menyembah Tuhan orang-orang kafir (berhala) karena agama mereka
bersifat
menolak, ingkar, tidak percaya, dan mendustakan ayat-ayat
dan syariat Allah swt.
6.
Rasulullah
saw. dan kaum mukmin tidak akan beribadah seperti ibadahnya orang kafir yang
bercampur
dengan syirik, yaitu memuja patung atau berhala dan
menganggap mereka dapat memberikan perlindungan atau kekuatan kepada orang
kafir tersebut.
7.
Orang
kafir tidak pernah pula akan menyembah Allah swt.
8.
Tidak
boleh saling memaksa untuk mengikuti suatu agama. Rasulullah saw. menjelaskan
bahwa agamamu
dan balasannya untuk kamu (kaum kafir) dan agamaku dan
balasannya adalah untukku (kaum mukmin).[9]
d.
Asbabun Nuzul Surat Al Kafirun
Surat Al-Kafirun ini termasuk
surat makiyah atau surat yang diturunkan di Mekah, sebelum Rasulullah SAW berhijrah ke
Madinah. Al-Kafirun artinya orang-orang kafir. Surat ini dinamakan
Al-Kafirun, karena tema pokoknya menjelaskan sikap Rasulullah saw. dan
umat Islam terhadap orang-orang kafir sebagaimana terungkap dalam pojok
kisah berikut ini.
Beberapa
tokoh kaum kafir (kaum musyrikin) di Mekah seperti Al-Walid bin Al-Mugirah,
Aswad bin ‘Abdul Muttalib dan Umayyah bin Khalaf, datang
kepada Nabi Muhammad saw. menawarkan kompromi yang menyangkut
pelaksanaan peribadahan.
Mereka mengusulkan, agar Rasulullah
saw. dan umat Islam mengikut kepercayaan mereka dan mereka pun akan
mengikuti agama Islam. Mereka berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana jika
kami menyembah Tuhanmu selama setahun dan kamu juga menyembah
Tuhan kami selama setahun. Jika agamamu benar, kami mendapat keuntungan,
karena kami juga menyembah Tuhanmu, dan jika agama kami yang benar, kamu
juga tentu
memperoleh keuntungan.”
Mendengar usul kaum kafir itu
Rasulullah saw. dengan tegas menjawab, “Aku berlindung kepada Allah SWT agar tidak
tergolong orang-orang yang bersikap dan berperilaku syirik atau menyekutukan
Allah.” Untuk
mempertegas penolakan Rasulullah saw. tersebut, kemudian
Allah SWT menurunkan surat Al-Kafirun. Setelah Rasulullah SAW menerima surat
Al-Kafirun ini, beliau lalu mendatangi tokoh-tokoh kaum kafir (musyrikin)
di Mekah, yang waktu itu sedang berkumpul di Masjidil Haram. Di hadapan
mereka Rasulullah SAW membacakan surat Al-Kafirun ayat 1 sampai 6 dengan
mantap dan lantang, sehingga mereka menyadari bahwa
usul mereka untuk berkompromi dalam keimanan dan ibadah agama,
ditolak oleh Rasulullah SAW dan umat Islam.[10]
D. Surat Al Fil
Surat Al Fil adalah surat ke 105
dalam Al Quran dan terdiri atas 5 ayat. Surat ini tergolong pada surat
Makkiyah. Nama Al Fil sndiri berarti Gajah, diambil dari ayat pertama. Topik
surat ini adalah kisah tentang gagalnya usaha penghancuran Ka’bah oleh Abrahah
dengan 60.000 tentaranya diantaranya ada pasukan gajah 13 ekor (atau 9 versi
lain).
a. Lafadz dan Terjemah
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ
Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
óOs9r& ts? y#øx. @yèsù y7/u É=»ptõ¾r'Î/ È@Ïÿø9$# ÇÊÈ
1. Apakah kamu tidak memperhatikan
bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ?
óOs9r& ö@yèøgs ö/èfyøx. Îû 9@Î=ôÒs? ÇËÈ
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu
daya mereka ( untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia – sia?
@yör&ur öNÍkön=tã #·ösÛ @Î/$t/r& ÇÌÈ
3. Dan dia mengirimkan kepada mereka
burung yang berbondong – bondong.
NÎgÏBös? ;ou$yÚÏt¿2 `ÏiB 9@ÅdÚÅ ÇÍÈ
4. Yang melempari mereka dengan batu (
berasal) dari tanah yang terbakar,
öNßgn=yèpgmú 7#óÁyèx. ¥Aqà2ù'¨B ÇÎÈ
5.
Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan(ulat).
b.
Kandungan Isi Surat Al Fil
Surat ini mengandung pembicaraan
tentang kejadian yang terjadi dekat sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ringkasnya Abrahah Al Asyram gubernur Yaman di bawah kerajaan Habasyah pernah
berpendapat untuk mendirikan sebuah rumah ibadah (gereja) di Shan’a Yaman.
Dia
menyeru bangsa Arab untuk berhaji kepadanya sebagai pengganti haji ke Baitil
Haram. Tatkala dia telah membangun gereja yang dinamakan Quallais, sebagai
bangunan yang belum pernah di kenal semisalnya dalam sejarah pembangun gereja,
maka datang seorang laki-laki Quraisy yang membuang air besar lalu melumuri
diding dengan kotoran itu disebabkan kejengkelannya. Ketika
Abrahah melihat bangunan kebanggaanya dengan keadaan seperti itu, maka
muncullah api murkanya lalu mempersiapkan pasukan untuk memerangi Mekkah dan
mengahancurkan Ka’bah. Berangkatlah bersamanya tiga belas gajah, diantaranya
gajah yang bernama Mahmud ( Gajah Terbesar). Mereka
berjalan terus melawati sebuah lingkungan masyarakat Arab kemudian mereka
perangi dan berhasil mengalahkannya sampai tiba di Mekkah. Terjadilah
perundingan antara mereka dengan Tokoh Mekkah yaitu ‘Abdul Muththalib ( kakek
Rasulullah ). Perundingan pun berakhir dengan hasil : Abrahah akan
mengembalikan unta Abdul Muththalib kemudian Abrahah bisa berbuat apa saja
terhadap Ka’bah. Abdul Muththalib
pun memerintahkan para lelaki penduduk Mekkah untuk mengosongkan negeri ini
menuju ke puncak-puncak gunung membawa istri dan anak-anak mereka karena takut
terhadap pasukan yang zalim yaitu Abrahah.Segera pasukan Abrahah bergerak,
hingga tiba di lembah Muhassar ( lembah terhina) maka tiba-tiba sekumpulan demi
sekumpulan burung datang melempari pasukan itu dengan batu seukuran antara
himsh dengan adas ( seperti kacang hijau). Mereka pun meleleh dan berjatuhan
dagingnya lalu binasa. Abrahah lari dengan dagingnya yang berjatuhan, namun
akhirya mati dalam perjalanan.Kejadian adalah nikmat dari Allah bagi penduduk
Al Haram dan penjaga rumah-nya. Oleh karena itu, bangsa Arab senantiasa
memuliakan Ka’bah Al Haram dan penduduknya hingga sekarang.
E. Surat Al Ashr
Surah Al-'Asr (bahasa Arab:العصر) adalah surah ke-103 dari al-Qur'an. Surah ini tergolong surah
Makkiyah dan terdiri atas 3 ayat. Kata Al 'Ashr berarti waktu/masa dan diambil
dari ayat pertama surat ini. Isi surat mengabarkan bahwa sesungguhnya semua
manusia itu berada dalam keadaan merugi kecuali dia termasuk mereka yang selalu
beramal saleh, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.[11]
a. Lafadz dan Terjemah
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ
¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ
wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
b. Kandungan Surat Al Ashr
AYAT 1
ÎóÇyèø9$#ur ÇÊÈ
Artinya : Demi
masa.
·
Allah
memperingatkan tentang pentingnya waktu dan bagaimana seharusnya ia diisi.
·
Kata
“al-‘ashr” berasal dari “’ashoro” yang artinya “menekan sesuatu sehingga apa
yang terdapat pada bagian terdalam dari padanya nampak ke permukaan atau keluar
(layaknya memeras)”
·
Waktu
‘ashar (tatkala perjalanan matahari telah melampaui pertengahan dan telah
menuju terbenamnya), penamaan ini agaknya disebabkan karena ketika itu manusia
sejak pagi telah memeras tenaganya dan diharapkan telah mendapat hasil dari
usaha-usahanya.
·
Para
ulama sepakat mengartikan “al-ashr” dengan waktu. Hanya saja mereka
berbeda-beda pendapat tentang waktu yang
dimaksud. Pendapat-pendapat mereka adalah sebagai berikut :
1. Waktu atau masa dimana langkah dan gerak
tertampung di dalamnya.
2. Waktu dimana sholat ashr dilaksanakan.
3. Waktu atau masa kehadiran nabi muhammad
SAW dalam kehidupan ini. Waktu adalah modal utama manusi. Apabila tidak diisi
dengan kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja. Ali R.A berkata
: “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu
diperoleh esok. Tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat
diharapkan kembali esok”.
AYAT 2
Î ¨bÎ) z`»|¡SM}$# Å"s9 Aô£äz ÇËÈ
Artinya
: Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian,
Kata “al-insaan” yang berarti
“manusia” terambil dari kata yang dapat berarti “gerak atau dinamisme, lupa,
merasa bahagia (senang)”. Ketiga arti ini menggambarkan sebagian dari sifat
serta ciri khas manusia.
“Khusri” mempunyai banyak arti,
antara lain “rugi, sesat, celaka, lemah, tipuan” dan sebagainya yang kesemuanya
mengarah kepada makna-makna yang negatif, atau tidak disenangi oleh siapa pun.
AYAT 3
wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Artinya: Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Pengecualian bagi mereka yang rugi
adalah mereka yang melakukan 4 kegiatan pokok. Yaitu :
1.
Orang-orang yang beriman
2.
Beramal sholeh
3.
Saling berwasiat tentang kebenaran
4. Dan
saling berwasiat tentang kesabaran
Iman adalah pembenaran hati atas
apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Intinya dapat disimpulkan dalam
rukun iman yang enam.
“’Amilu” berarti “amal/pekerjaan”, menggambarkan
penggunan daya manusia, daya pikir, fisik, qalbu, dan daya hidup yang dilakukan
dengan sabar oleh jin dan manusia.
Amal shaleh
adalah segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok dan
manusia secara keseluruhan. Ia adalah segala perbuatan yang sesuai dengan dalil
akal, al-qur’an atau sunnah Nabi Muhammad SAW.
“Tawaashaw” berasal dari kata “Washa – washiyatan”
yang berarti menyuruh secara baik. Berwasiat berarti tampil kepada orang lain
dengan kata-kata yang halus agar yang bersangkutan bersedia melakukan sesuatu
pekerjaan yang diharapkan dari padanya secara berkesinambungan.
“Al-Haq” berarti sesuatu yang mantap, tidak berubah.
Berwasiat menyangkut yang haq (kebenaran) mengandung makna bahwa seseorang
berkewajiban untuk mendengarkan kebenaran dari orang lain serta mengajarkannya
kepada orang lain.
Sabar berarti menahan kehendak
nafsu demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik. Kedua wasiat di atas
mengandung makna bahwa kita dituntut di samping mengembangkan kebenaran dalam
diri masing-masing, kita juga dituntut mengembangkannya pada diri orang lain.
Manusia di samping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial.[12]
F.
Hadist
Hormat Kepada Orang Tua
Berikut adalah beberapa hadist tentang hormat kepada
orang tua :
Hadist
ke-1
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِمَنْ
أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ
أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَأَبُوْكَ
Dari
Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali
bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau
menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no.
5971 dan Muslim no. 2548)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits
tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu,
harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi
shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara
kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa
menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil,
kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak,
hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki
oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. Ada banyak bukti, bahwa
berbakti kepada kedua orang tua –dalam wacana Islam- adalah persoalan utama,
dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik terhadap sesama
manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’
itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga RasulullahSallallahu ’Alaihi Wa
Sallam dalam banyak sabdanya, dengan memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar
dapat diperhatikan secara lebih saksama.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti
birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik
kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira,
serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.” Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan
bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan
dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban: Pertama: Menaati segala perintah orang
tua, kecuali dalam maksiat. Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang
tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga: Membantu atau menolong orang tua,
bila mereka membutuhkan.
Hadist ke-2
عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ
أَنْفُهثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ
أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ
يَدْخُلِ ا لْجَنَّةَ »ُ
Rasulullah
saw bersabda “Barang siapa yang menajalani pagi harinya dalam keridhoan orang
tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju syurga. Barang siapa yang
menjalani sore keridhoan orang tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju
syurga. Dan barang siapa menjalani pagi harinya dalam kemurkaan orangtuanya,
maka baginya dibukakan dua pintu menuju neraka. Dan barang siapa menjalani sore
harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju
neraka ”.(HR. Darul Qutni dan Baihaqi) Dengan demikian merugilah para anak yang
hidup bersama orang tuanya di saat tua renta namun ia tidak bisa meraih surga,
karena tidak bisa berbakti kepada keduanya. Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa
Sallam mengatakan tentang ihwal mereka :
Dari
Suhaili, dari ayahnya dan dari Abu Hurairah. Rosulullah Sallallahu ’Alaihi Wa
Sallam bersabda : ”Merugilah ia (sampai 3
kali). Para Shahabat bertanya : ”siapa ya Rosulullah?Rosulullah Sallallahu
’Alaihi Wa Sallam bersabda :“Merugilah seseorang yang hidup bersama kedua orang
tuanya atau salah satunya di saat mereka tua renta, namun ia tidak masuk surga”
(HR. Muslim).[13]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Surah Al-Qadr (bahasa Arab:الْقَدْرِ) adalah surah ke-97
dalam al-Qur'an yang terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah.
Pada surah al-Qadr ini diterangkan bahwa permulaan al-Qur'an diturunkan ialah
pada malam Lailatul Qadr dan diterangkan juga ketinggian derajat malam ini.
2.
Surah Al-Ma'un (bahasa Arab(الْمَاعُونَ, "Barang-Barang
Yang Berguna") adalah surah ke-107 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong
surah Makkiyah dan terdiri atas 7 ayat. Pada surat Al Maun menceritakan ancaman
terhadap mereka yang tergolong mendustakan agama yakni mereka yang menghardik
anak yatim, tidak menolong fakir miskin, riya'(ingin dipuji sesama manusia)
dalam salatnya, serta enggan menolong dengan barang-barang yang berguna.
3.
Surah Al-Kafirun (bahasa Arab:الكافرون) adalah surah ke-109
dalam al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 6 ayat dan termasuk surat Makkiyah.
Pokok isi surat ini adalah tidak diijinkannya kompromi dalam bentuk mencampur
adukkan ajaran agama.
4.
Surah Al-Fil adalah surah ke-105 dalam al-Qur'an dan terdiri atas 5
ayat. Surah ini tergolong pada surah Makkiyah. Nama Al Fiil sendiri berarti
Gajah yang diambil dari ayat pertama dari surat ini. Topik surat ini adalah
kisah gagalnya usaha penghancuran Ka'bah oleh Abrahah (raja yaman) dan 60.000
tentaranya, dalam tentara tersebut termasuk diantaranya 13 gajah.
5.
Surah Al-'Asr (bahasa Arab:العصر) adalah surah ke-103
dari al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah dan terdiri atas 3 ayat.
Kata Al 'Ashr berarti waktu/masa dan diambil dari ayat pertama surat ini. Isi
surat mengabarkan bahwa sesungguhnya semua manusia itu berada dalam keadaan
merugi kecuali dia termasuk mereka yang selalu beramal saleh, saling menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran.
6.
Kita sebagai anak harus menghormati kedua orang tua kita. Terutama
kepada ibu kita, seperti yang sudah disebutkan dalam sebuah Hadis berikut ini
yang artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku
harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi
shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya
kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
DAFTAR RUJUKAN
Wikipedia, Surat Al Qadr, ( http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Qadr),
diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:10 am
Ernaz Siswanto, Memahami kandungan Surat Al Qadr (http://anaksdpintar.blogspot.com/2011/08/memahami-kandungan-surat-al-qadr.html), diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 12:06 am
Wikipedia, Surat Al Ma’un, (http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ma%27un) diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:42 am
Nur Kholik, Asbabun Nuzul Surat Al Maun,
(http://racun86.mywapblog.com/asbabun-nuzul-surat-al-maun-ayat-4-sampa.xhtml)
, diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:45.
Muhlisrizal,Kandungan Surat Al Maun (http://muhlisrizal.wordpress.com/2013/05/25/kandungan-surat-al-maun/), diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:49 am
Surat Al Kafirun ( http://id.wikipedia.org),
diakses pada hari Jumat tanggal 19 September 2014 pukul 19:33 pm.
Furqon Aji dan Mila Tri Cahyani. Al
Kafirun 1-6 Tidak Ada Toleransi Keimanan Peribadahan (http://incigar.blogspot.com/2013/07/al-kafirun-1-6-tidak-ada-toleransi-keimanan-peribadahan.html), diakses pada hari Jumat tanggal
19 September 2014 pukul 09:50 am
Wikipedia,
Surah Al-Ashr
http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-%27Asr di akses tanggal :
22-9-2014 pukul : 11.55
Veni
Yunita, hadits tentang Menghormati Orang
Tua
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=WnIhVPL5H8SRuATn8YHICA#q=hadist+tentang+hormat+kepada+orang+tua) Diakses pada tanggal 22-9-2014 , pukul : 12 05
[1]Wikipedia,
Surat Al Qadr, ( http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Qadr),
diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:10 am
[2] Ernaz Siswanto, Memahami
kandungan Surat Al Qadr (http://anaksdpintar.blogspot.com/2011/08/memahami-kandungan-surat-al-qadr.html),
diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 12:06 am
[3]Wikipedia, Surat Al Ma’un, (http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ma%27un)
diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:42 am
[4] Nur Kholik, Asbabun Nuzul Surat Al Maun, (
http://racun86.mywapblog.com/asbabun-nuzul-surat-al-maun-ayat-4-sampa.xhtml) ,
diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:45.
[5] Muhlisrizal,Kandungan Surat Al Maun (http://muhlisrizal.wordpress.com/2013/05/25/kandungan-surat-al-maun/),
diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:49 am
[6] Surat Al Kafirun ( http://id.wikipedia.org),
diakses pada hari Jumat tanggal 19 September 2014 pukul 19:33 pm.
[7] Furqon Aji dan Mila Tri Cahyani. Al
Kafirun 1-6 Tidak Ada Toleransi Keimanan Peribadahan (http://incigar.blogspot.com/2013/07/al-kafirun-1-6-tidak-ada-toleransi-keimanan-peribadahan.html), diakses pada hari Jumat tanggal
19 September 2014 pukul 09:50 am
[8] Ibid
[9] Furqon Aji dan Mila Tri Cahyani. Al
Kafirun 1-6 Tidak Ada Toleransi Keimanan Peribadahan (http://incigar.blogspot.com/2013/07/al-kafirun-1-6-tidak-ada-toleransi-keimanan-peribadahan.html), diakses pada hari Jumat tanggal
19 September 2014 pukul 09:50 am
[10] Ibid.
[11] Wikipedia, Surah Al-Ashr
http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-%27Asr di akses tanggal : 22-9-2014 pukul : 11.55
[12] bang sur,Al Ashr ayat 1-3
http://alquranmulia.wordpress.com/2013/03/06/tafsir-al-quran-surah-al-ashr/
diakses pada tanggal 22-9-2014 pukul : 12.01
[13] Veni Yunita, hadits tentang
Menghormati Orang Tua
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=WnIhVPL5H8SRuATn8YHICA#q=hadist+tentang+hormat+kepada+orang+tua+ Diakses
pada tanggal 22-9-2014 , pukul : 12 05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar