Selasa, 09 Juni 2015

Makalah tentang PPD



BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang Masalah
Masa anak sekolah diawali dengan tercapainya kematangan bersekola (S.C.Utami Munandar, 1999:1 ). Seorang anak dapat dikatakan matang untuk bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan (fisik,intelektual,moral dan social (Moh. Kasiram, tt:75)). Matang secara fisik maksudnya, apabila anak sudah sanggup untuk menuruti secara jasmaniyah tata tertib sekolah. Misalnya, dapat duduk tenang, tidak makan di dalam kelas, tidak bergurau dengan teman waktu diajar, dll. Matang secara intelektual maksudnya, apabila anak sudah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus menerus, dapat menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Matang secara moral maksudnya, apabila anak sudah sanggup menerima pelajaran moral,misalnya pelajaran budi pekerti ,etika, serta sanggup untuk melaksanakannya. Juga ada rasa tanggungjawab untuk melaksanakan peraturan sekolah sebaik-baiknya. Matang secara social maksudnya, apabila anak sudah sanggup untuk hidup menyesuaikan diri dengan masyarakat sekolah.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu:
1.      Apakah pengertian perkembangan anak usia sekolah dasar ?
2.      Apakah karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar ?
3.      Bagaimanakah  perkembangan pada masa anak usia sekolah dasar ?





1.3  Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini sebagaimana masalah yang telah penulis rumuskan, penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1.      Untuk memaparkan tentang pengertian perkembangan anak usia sekolah dasar.
2.      Untuk memaparkan tentang karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar.
3.      Untuk memaparkan tentang perkembangan anak usia sekolah dasar














BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Masa anak sekolah diawali dengan tercapainya kematangan bersekolah (S.C.Utami Munandar, 1999:1 ). Seorang anak dapat dikatakan matang untuk bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan (fisik, intelektual, moral dan sosial (Moh. Kasiram, tt:75)). Matang secara fisik maksudnya, apabila anak sudah sanggup untuk menuruti secara jasmaniyah tata tertib sekolah. Misalnya, dapat duduk tenang, tidak makan di dalam kelas, tidak bergurau dengan teman waktu diajar, dll. Matang secara intelektual maksudnya, apabila anak sudah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus menerus, dapat menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Matang secara moral maksudnya, apabila anak sudah sanggup menerima pelajaran moral,misalnya pelajaran budi pekerti ,etika, serta sanggup untuk melaksanakannya. Juga ada rasa tanggungjawab untuk melaksanakan peraturan sekolah sebaik-baiknya. Matang secara sosial maksudnya, apabila anak sudah sanggup untuk hidup menyesuaikan diri dengan masyarakat sekolah.
Banyak ahli menganggap masa ini pada masa tenang atau masa latent, di mana apa yang telah terjadi dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya (Singgih & Yulia Singgih, 2002:13). Label yang sering digunakan oleh orang tua, pendidik, dan ahli psikologi untuk masa ini adalah sebagai berikut :
a.       Usia yang menyulitkan              : Masa ini anak tidak lagi menuruti perintah dan di mana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lain.
b.      Usia tidak rapi                            : Masa ini anak cenderung tidak memperdulikan diri dan ceroboh  dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan.
c.       Usia bertengkar                          : Suatu masa di mana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota kaluarga.
d.      Usia sekolah dasar                     : pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh  dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.
e.       Periode kritis berprestasi            : suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses.
f.       Usia berkelompok                      : Masa di mana perhatian utamanya tertuju pada keinginan diterima olh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
g.         Usia penyesuaian diri              : ia cenderung mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentangan dengan peraturan dirinya,keluarga, dan peraturan sekolah.
h.      Usia kreatif                                : penelitian mengenai kreativitas menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih besar bil tidak dihalangi oleh rintangan lingkungan, oleh kritik, atau cemohan orang-orang dewasa yang lain. Mereka cenderung mengerahkan tenaganya ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif.
i.        Usia bermain                              : yang dimaksud adalah luasnya minat dan kegiatan bermain, bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
Pada masa ini diharapkan untuk memperoleh pengetahun dasar yang dipandang sangat penting (sensual) bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Anak diharapkan mempelajari ketrampilan-ketrampilan tertentu, antara lain :

Ø  Ketrampilan membantu diri sendiri (self help skill)
Ø  Ketrampilan social (social help skill)
Ø  Ketrampilan sekolah (school skill)
Ø  Ketrampilan bermain (play skill)

2.2  Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas tinggi.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah(6/7 – 9/10 tahun) :
a)      Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
b)      Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c)      Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d)     Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e)      Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f)       Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
1.      Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
2.      Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
3.      Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
4.      Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5.      Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
6.      Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
Setiap fase perkembangan anak menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Demikian pula pada anak usia SD mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Sumantri dan Nana Syaodih (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah:
1)      Senang Bermain
Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogjanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
           2)      Senang Bergerak
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3)      Senang Bekerja dalam Kelompok
Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya,anak dapat belajar aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,belajar setia kawan,belajar tidak tergantung pada orang dewasa di sekelilingnya,mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya,belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara sehat bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
4)      Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsep-konsep tentang angka,ruang,waktu,fungsi badan,peran jenis kelamin,moral. Pembelajaran di SD cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.
2.3  Perkembangan Secara Umum Pada Masa Anak Usia Sekolah

a.       Perkembangan mental intelektual
Pada usia ini anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (membaca, menulis dan menghitung). Anak masih menerapkan  logika berpikir pada barang-barang yang kongkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variable. Oleh karena itu meski inteligensi pada tahap ini sudah sangat maju, namun cara berfikirnya masih terbatas. Dia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep yang lama, dia memperoleh informasi dan arti baru melalui media massa,terutama film, radio dan televisi. Berdasarkan pengalaman-pengalaman ini, dia konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, hidup dan mati, konsep tentang dirinya, peran sosial, peran jenis kelamin, moral dll. Pengalaman berwisata, misalnya, akan mewarnai konsep tentang pariwisata. Periode ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan guru.
b.      Perkembangan Bahasa
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan  bahasa, yaitu sebagai berikut :
1.      Proses jadi matang dalam proses organ-organ suara/bicara sudah berfungsi untuk berkata-kata.
2.      Proses belajar, maksudnya bahwa anak yang telah matang untuk berbicara, lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses tersebut berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak,sehingga pada saat masuk SD anak sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang mendekati sempurna, dapat membuat kalimat majemuk, dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Bantuan untuk memperbaiki pembicaraan pada masa kanak-kanak akhir menurut Hurlock (1997:151), berasal dari empat sumber. Antara lain : orang tua, radio, dan televisi, setelah anak belajar membaca ia menambah kosa kata dan terbiasa dengan bentuk kalimat yang benar. Dan yang ke empat ,setelah anak mulai sekolah ,kata-kata yang salah ucap dan arti-arti yang salah,biasanya cepat diperbaiki oleh guru.
c.       Perkembangan emosi
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, termasuk pula perilaku belajar. Anak usia SD sudah menyadari bahwa dia tidak dapat menyatakan dorongan emosinya begitu saja tanpa mempertimbangkan lingkungannya. Dia mulai belajar mengungkapkan perasaannya dalam perilaku yang dapat diterima secara sosial. Penumbuhan kesadaran ini tergantung dari bagaimana sikap orang tua mendisiplinkan anak.
Pada umumnya ,masa anak-anak akhir merupakan periode yang relative tenang dan berlangsung sampai mulainya masa puber. Ini disebabkan oleh beberapa hal :
1)      Peranan yang harus dilakukan anak yang lebih besar sudah terumus dengan jelas.
2)      Permainan dan olah raga merupakan bentuk pelampiasan emosi yang tertahan.
3)       Dengan meningkatnya keterampilan yang dikuasai dan dilakukan oleh anak, mereka tidak banyak mengalami kekecewaan dan usahanya untuk menyelesaikan berbagai macam tugas dibandingkan usia sebelumnya.
Pola emosional pada masa kanak-kanak akhir umumnya beda dengan masa kanak-kanak awal dalam dua hal :
a.       Etnis situasi yang membangkitkan emosi
b.      Bentuk ungkapannya.
Keduanya tersebut merupakan akibat dari pengalaman dan belajar. Pola emosi yang umum adalah:
a)      Amarah
b)      Takut
c)      Cemburu
d)     Ingin tahu
e)      Iri hati
f)       Gembira
g)      Sedih
h)      Kasih sayang

d.      Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial pada anak usia SD ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas. Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral.
Aspek-aspek penting yang dipelajari anak dari proses sosialisasi adalah :
1.      Belajar mematuhi aturan-aturan kelompok
2.      Belajar setia kawan
3.      Belajar tidak bergantung pada orang dewasa (mandiri)
4.      Belajar bekerasama
5.      Mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya
6.      Belajar menerima tanggungawab
7.      Belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif)
8.      Mempelajari olah raga dan permainan kelompok
9.      Belajar keadilan dan demokrasi

e.       Perkembangan moral
Menurut Piaget, relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Pada masa ini pengertian anak tentang baik dan buruk, tntang keadilan, jadi lebih beragam (berdiferensiasi) dan lentur (fleksibel). Kohlberg dalam Hurlock (1997:163), memperluas teori Pieget dan menamakan tingkat kedua dari perkembangan moral masa kanak-kanak akhir sebagai tingkatan moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional (moralitas anak baik). Anak akan mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik.
Dalam hal ini, disiplin berperan penting dalam perkembangan kode moral. Jenis disiplin biasanya juga memainkan peran yang penting dalam perkembangan suara hati, yakni salah satu tugas perkembangan yang penting pada masa ini. Istilah suara hati berarti suatu reaksi khawatir yang terkondisi terhadap situasi dan tindakan tertentu yang telah dilakukan dngan jalan menghubungkan perbuatan tertentu dengan hukuman.
Sehingga pada usia ini, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu ,anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.



f.       Perkembangan niat bermain
Selama akhir masa kanak-kanak baik anak laki-laki maupun perempuan sangat sadar akan kesesuaian jenis  permainan dengan kelompok seksnya. Terlepas dari perbedaan ini, bagi sebagian besar anak bermain menjadi kurang aktif dan mereka cenderung menyukai hiburan-hiburan (film, radio, televisi, dan bacaan-bacaan).
Di antara permainan yang umum diminati pada masa ini adalah sebagai berikut :
1.      Bermain konstruktif
Bentuk permainan dengan membentuk atau mnyusun sesuatu dengan kayu maupun alat-alat, menjahit,menggambar,melukis, membentuk tanah liat dan membuat perhiasan.
2.      Menjelajah
Kegiatan ini ada yang terorganisasi seperti pramuka maupun kegiatan-kegiatan menjelajah yang terorganisisr lainnya. Namun adakalanya mereka menjelajah sesuka hati yang sifatnya permainan.
3.      Mengumpulkan
Setiap hal yang menarik perhatiannya seperti kerang, kartu-kartu, kelereng, gambar-gambar, dsb berusaha untuk dikumpulkan. Berangsur-angsur dia lebih memusatkan pada benda-benda yang dapat menambah gengsi di depan teman-temannya.
4.      Permainan olah raga
5.      Hiburan
Yang paling popular di masa ini adalah membaca komik, mendengarkan radio, melihat film dan televisi, melamun atau berkhayal.

g.      Perkembangan jiwa agama
Periode ini merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, dan penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam pendidikan di SD/MI. Jika semua pihak yang terlibat itu telah memberikan contoh (suri tauladan) dalam melaksanakan nilai-nilai agama yang baik, maka dalam diri peserta didik akan berkembang sikap positif terhadap agama dan pada girirannya akan berkembang pula kesadaran beragama dan pengalaman beragama pada dirinya.
h.      Perkembangan fisik dan motorik
Pada   masa ini pertumbuhan fisik tidak seperti pada masa bayi dan kanak-kanak awal, atau seperti pada masa remaja. Peningkatan tinggi badan setahun sekitar 5-6 cm. bentuk badan mempengaruhi tinggi dan berat badan. Secara umum perkembangan fisik sejalan dengan perkembangan mental. Terutama pada tahun-tahun pertama gizi dan kesehatan mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan kecerdasan. Perbedaan antara jenis kelamin dalam pertumbuhan fisik menjadi lebih nyata pada masa ini.
Sesuai dengan perkembangan fisik dan motoriknya, maka di kelas-kelas rendah atau permulaan sangat tepat dibina tentang dasar-dasar keterampilan menulis dan menggambar, mempergunakan alat-alat olah raga (menangkap, memukul, dan menendang), gerakan-gerakan (meloncat, berlari, berenang, bersepeda, dsb.), baris berbaris untuk mnanamkan kebiasaan, ketertiban, dan kedisiplinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar