BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa anak sekolah diawali dengan tercapainya kematangan
bersekola (S.C.Utami Munandar, 1999:1 ). Seorang anak dapat dikatakan matang
untuk bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan
(fisik,intelektual,moral dan social (Moh. Kasiram, tt:75)). Matang secara fisik
maksudnya, apabila anak sudah sanggup untuk menuruti secara jasmaniyah tata
tertib sekolah. Misalnya, dapat duduk tenang, tidak makan di dalam kelas, tidak
bergurau dengan teman waktu diajar, dll. Matang secara intelektual maksudnya,
apabila anak sudah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus menerus,
dapat menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Matang
secara moral maksudnya, apabila anak sudah sanggup menerima pelajaran
moral,misalnya pelajaran budi pekerti ,etika, serta sanggup untuk
melaksanakannya. Juga ada rasa tanggungjawab untuk melaksanakan peraturan
sekolah sebaik-baiknya. Matang secara social maksudnya, apabila anak sudah
sanggup untuk hidup menyesuaikan diri dengan masyarakat sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu:
1.
Apakah pengertian
perkembangan anak usia sekolah dasar ?
2.
Apakah karakteristik
perkembangan anak usia sekolah dasar ?
3.
Bagaimanakah perkembangan pada masa anak usia sekolah dasar
?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan
makalah ini sebagaimana masalah yang telah penulis rumuskan, penulis memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk memaparkan tentang pengertian perkembangan anak
usia sekolah dasar.
2. Untuk memaparkan tentang karakteristik perkembangan anak
usia sekolah dasar.
3. Untuk memaparkan tentang perkembangan anak usia sekolah
dasar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Anak Usia Sekolah
Dasar
Masa anak sekolah diawali dengan
tercapainya kematangan bersekolah (S.C.Utami Munandar, 1999:1 ). Seorang anak
dapat dikatakan matang untuk bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan
(fisik, intelektual, moral
dan sosial
(Moh. Kasiram, tt:75)). Matang secara fisik maksudnya, apabila anak sudah
sanggup untuk menuruti secara jasmaniyah tata tertib sekolah. Misalnya, dapat
duduk tenang, tidak makan di dalam kelas, tidak bergurau dengan teman waktu
diajar, dll. Matang secara intelektual maksudnya, apabila anak sudah sanggup
menerima pelajaran secara sistematis, terus menerus, dapat menyimpannya dan
nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Matang secara moral maksudnya,
apabila anak sudah sanggup menerima pelajaran moral,misalnya pelajaran budi
pekerti ,etika, serta sanggup untuk melaksanakannya. Juga ada rasa
tanggungjawab untuk melaksanakan peraturan sekolah sebaik-baiknya. Matang secara
sosial
maksudnya, apabila anak sudah sanggup untuk hidup menyesuaikan diri dengan
masyarakat sekolah.
Banyak ahli menganggap masa ini pada
masa tenang atau masa latent, di mana apa yang telah terjadi dipupuk pada
masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya
(Singgih & Yulia Singgih, 2002:13). Label yang sering digunakan oleh orang
tua, pendidik, dan
ahli psikologi untuk masa ini adalah sebagai berikut :
a.
Usia yang menyulitkan : Masa ini anak tidak lagi menuruti
perintah dan di mana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada
oleh orang tua dan anggota keluarga lain.
b.
Usia tidak rapi : Masa ini anak cenderung tidak
memperdulikan diri dan ceroboh dalam
penampilan, dan kamarnya sangat berantakan.
c.
Usia bertengkar : Suatu masa di mana banyak terjadi
pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi
semua anggota kaluarga.
d.
Usia sekolah dasar : pada usia tersebut
anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa.
e.
Periode kritis berprestasi :
suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses.
f.
Usia berkelompok : Masa di mana perhatian utamanya
tertuju pada keinginan diterima olh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
g.
Usia penyesuaian diri :
ia cenderung mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentangan dengan
peraturan dirinya,keluarga, dan peraturan sekolah.
h.
Usia kreatif : penelitian mengenai kreativitas
menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih besar bil tidak dihalangi oleh rintangan
lingkungan, oleh kritik, atau cemohan orang-orang dewasa yang lain. Mereka
cenderung mengerahkan tenaganya ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif.
i.
Usia bermain : yang dimaksud adalah luasnya minat
dan kegiatan bermain, bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
Pada masa ini diharapkan untuk
memperoleh pengetahun dasar yang dipandang sangat penting (sensual) bagi
persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Anak
diharapkan mempelajari ketrampilan-ketrampilan tertentu, antara lain :
Ø Ketrampilan
membantu diri sendiri (self help skill)
Ø Ketrampilan
social (social help skill)
Ø Ketrampilan
sekolah (school skill)
Ø Ketrampilan
bermain (play skill)
2.2
Karakteristik Anak
Usia Sekolah Dasar
(SD)
Masa Usia
Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah
pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa
Usia Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b)
masa kelas tinggi.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas
rendah(6/7 – 9/10 tahun) :
a) Adanya
korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
b) Sikap
tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c) Adanya
kecenderungan memuji diri sendiri.
d) Membandingkan
dirinya dengan anak yang lain.
e) Apabila
tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f) Pada
masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang
baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau
tidak.
Ciri-ciri pada masa kelas-kelas
tinggi (9/10-12/13 tahun) :
1. Minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
2. Sangat
realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
3. Menjelang
akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
4. Sampai
usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya.
5. Pada
masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
6. Gemar
membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka
tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka
membuat peraturan sendiri.
Setiap fase
perkembangan anak menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Demikian pula
pada anak usia SD mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Sumantri dan Nana
Syaodih (2006) karakteristik anak pada usia SD adalah:
1)
Senang Bermain
Pada umumnya
anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik ini
menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogjanya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru
hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti
IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti
pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
2) Senang Bergerak
Karakteristik
yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh
karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang
lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3)
Senang Bekerja dalam Kelompok
Melalui
pergaulannya dengan kelompok sebaya,anak dapat belajar aspek-aspek penting
dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan
kelompok,belajar setia kawan,belajar tidak tergantung pada orang dewasa di
sekelilingnya,mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh
lingkungannya,belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara sehat
bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar
keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi
bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu
tugas secara kelompok.
4)
Senang Merasakan atau
Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Berdasarkan
teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif,
anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah,
anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.
Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsep-konsep tentang
angka,ruang,waktu,fungsi badan,peran jenis kelamin,moral. Pembelajaran di SD
cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik
apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin,
dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung
setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui
secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.
2.3
Perkembangan Secara Umum Pada Masa Anak Usia Sekolah
a.
Perkembangan mental intelektual
Pada usia ini anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (membaca, menulis
dan menghitung). Anak masih menerapkan
logika berpikir pada barang-barang yang
kongkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih kesulitan untuk
memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variable. Oleh karena itu meski
inteligensi pada tahap ini sudah sangat maju, namun cara berfikirnya masih
terbatas. Dia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep
yang lama, dia memperoleh
informasi dan arti baru melalui media massa,terutama film, radio
dan televisi. Berdasarkan pengalaman-pengalaman ini, dia
konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi
badan, hidup dan mati, konsep
tentang dirinya, peran sosial, peran
jenis kelamin, moral dll.
Pengalaman berwisata, misalnya, akan mewarnai konsep tentang pariwisata.
Periode ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Guru seyogyanya memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau
pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan guru.
b.
Perkembangan Bahasa
Terdapat dua faktor
penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu sebagai berikut :
1.
Proses jadi matang dalam proses organ-organ suara/bicara sudah
berfungsi untuk berkata-kata.
2.
Proses belajar, maksudnya bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara, lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau
kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses tersebut berlangsung
sejak masa bayi dan kanak-kanak,sehingga pada saat masuk SD anak sudah sampai
pada tingkat dapat membuat kalimat yang mendekati sempurna, dapat membuat
kalimat majemuk, dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Bantuan untuk memperbaiki
pembicaraan pada masa kanak-kanak akhir menurut Hurlock (1997:151), berasal
dari empat sumber. Antara lain : orang tua, radio, dan
televisi,
setelah anak belajar membaca ia menambah kosa kata dan terbiasa dengan bentuk
kalimat yang benar. Dan yang ke empat ,setelah anak mulai sekolah ,kata-kata
yang salah ucap dan arti-arti yang salah,biasanya cepat diperbaiki oleh guru.
c.
Perkembangan emosi
Emosi merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, termasuk
pula perilaku belajar. Anak usia SD sudah menyadari bahwa dia tidak dapat
menyatakan dorongan emosinya begitu saja tanpa mempertimbangkan lingkungannya.
Dia mulai belajar mengungkapkan perasaannya dalam perilaku yang dapat diterima
secara sosial. Penumbuhan
kesadaran ini tergantung dari bagaimana sikap orang tua mendisiplinkan anak.
Pada umumnya ,masa anak-anak akhir
merupakan periode yang relative tenang dan berlangsung sampai mulainya masa puber.
Ini disebabkan oleh beberapa hal :
1)
Peranan yang harus dilakukan anak yang lebih besar sudah terumus
dengan jelas.
2)
Permainan dan olah raga merupakan bentuk pelampiasan emosi yang
tertahan.
3)
Dengan meningkatnya
keterampilan yang dikuasai dan dilakukan oleh anak, mereka
tidak banyak mengalami kekecewaan dan usahanya untuk menyelesaikan
berbagai macam tugas dibandingkan usia sebelumnya.
Pola emosional pada masa kanak-kanak
akhir umumnya beda dengan masa kanak-kanak awal dalam dua hal :
a.
Etnis situasi yang membangkitkan
emosi
b.
Bentuk ungkapannya.
Keduanya tersebut merupakan akibat
dari pengalaman dan belajar. Pola emosi yang umum adalah:
a)
Amarah
b)
Takut
c)
Cemburu
d)
Ingin tahu
e)
Iri hati
f)
Gembira
g)
Sedih
h)
Kasih sayang
d.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial
pada anak usia SD ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan
keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer
group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya
bertambah luas. Maksud perkembangan sosial
ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat juga dikatakan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral.
Aspek-aspek penting yang dipelajari
anak dari proses sosialisasi adalah :
1.
Belajar mematuhi aturan-aturan kelompok
2.
Belajar setia kawan
3.
Belajar tidak bergantung pada orang dewasa (mandiri)
4.
Belajar bekerasama
5.
Mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya
6.
Belajar menerima tanggungawab
7.
Belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif)
8.
Mempelajari olah raga dan permainan kelompok
9.
Belajar keadilan dan demokrasi
e.
Perkembangan moral
Menurut Piaget, relativisme moral
menggantikan moral yang kaku. Pada masa ini pengertian anak tentang baik dan
buruk, tntang keadilan, jadi lebih beragam (berdiferensiasi) dan lentur
(fleksibel). Kohlberg dalam Hurlock (1997:163), memperluas teori Pieget dan
menamakan tingkat kedua dari perkembangan moral masa kanak-kanak akhir sebagai
tingkatan moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan dan
penyesuaian konvensional (moralitas anak baik). Anak akan mengikuti peraturan
untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang
baik.
Dalam hal ini, disiplin berperan
penting dalam perkembangan kode moral. Jenis disiplin biasanya juga memainkan
peran yang penting dalam perkembangan suara hati, yakni salah satu tugas
perkembangan yang penting pada masa ini. Istilah suara hati berarti suatu
reaksi khawatir yang terkondisi terhadap situasi dan tindakan tertentu yang
telah dilakukan dngan jalan menghubungkan perbuatan tertentu dengan hukuman.
Sehingga pada usia ini, anak sudah
dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan
sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari
suatu peraturan. Di samping itu ,anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
f.
Perkembangan niat bermain
Selama akhir masa kanak-kanak baik
anak laki-laki maupun perempuan sangat
sadar akan kesesuaian jenis permainan
dengan kelompok seksnya. Terlepas dari perbedaan ini, bagi sebagian besar anak
bermain menjadi kurang aktif dan mereka cenderung
menyukai hiburan-hiburan (film, radio, televisi,
dan bacaan-bacaan).
Di antara permainan yang umum
diminati pada masa ini adalah sebagai berikut :
1.
Bermain konstruktif
Bentuk
permainan dengan membentuk atau mnyusun sesuatu dengan kayu maupun alat-alat,
menjahit,menggambar,melukis, membentuk tanah liat dan membuat perhiasan.
2.
Menjelajah
Kegiatan ini
ada yang terorganisasi seperti pramuka maupun kegiatan-kegiatan menjelajah yang
terorganisisr lainnya. Namun adakalanya mereka menjelajah sesuka hati yang
sifatnya permainan.
3.
Mengumpulkan
Setiap hal yang
menarik perhatiannya seperti kerang, kartu-kartu, kelereng, gambar-gambar, dsb
berusaha untuk dikumpulkan. Berangsur-angsur dia lebih
memusatkan pada benda-benda yang dapat menambah gengsi di depan teman-temannya.
4.
Permainan olah raga
5.
Hiburan
Yang paling popular di masa ini adalah membaca komik, mendengarkan
radio, melihat film dan televisi, melamun atau
berkhayal.
g.
Perkembangan jiwa agama
Periode ini merupakan masa
pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan
yang diterimanya. Pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang
sangat penting. Pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan, dan penanaman
nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat
dalam pendidikan di SD/MI. Jika semua pihak yang terlibat itu telah memberikan
contoh (suri tauladan) dalam melaksanakan nilai-nilai agama yang baik, maka
dalam diri peserta didik akan berkembang sikap positif terhadap agama dan pada
girirannya akan berkembang pula kesadaran beragama dan pengalaman beragama pada
dirinya.
h.
Perkembangan fisik dan motorik
Pada masa ini pertumbuhan fisik tidak seperti pada
masa bayi dan kanak-kanak awal, atau seperti pada masa remaja. Peningkatan
tinggi badan setahun sekitar 5-6 cm. bentuk badan mempengaruhi tinggi dan berat
badan. Secara umum perkembangan fisik sejalan dengan perkembangan mental.
Terutama pada tahun-tahun pertama gizi dan kesehatan
mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan kecerdasan.
Perbedaan antara jenis kelamin dalam pertumbuhan fisik menjadi lebih nyata pada
masa ini.
Sesuai dengan
perkembangan fisik dan motoriknya, maka di kelas-kelas rendah atau permulaan
sangat tepat dibina tentang dasar-dasar keterampilan menulis dan menggambar,
mempergunakan alat-alat olah raga (menangkap, memukul, dan menendang),
gerakan-gerakan (meloncat, berlari, berenang, bersepeda, dsb.), baris berbaris
untuk mnanamkan kebiasaan, ketertiban, dan kedisiplinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar